Pedagang Pasar Rau Keluhkan Tak Dilibatkan dalam Rencana Pembangunan Ulang

Pedagang Pasar Rau Keluhkan Tak Dilibatkan dalam Rencana Pembangunan Ulang

Tubagus Hasballah, pedagang beras di Pasar Induk Rau, Kota Serang, mengeluhkan kondisi pasar yang semakin tidak terkelola. Ia menyinggung pihak pengembang yang dinilai tidak menjalankan tanggung jawabnya, Kamis (21/8). (ALDI ALPIAN INDRA/TANGERANG EKSPRES--

TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Rencana Peme­rintah Kota (Pemkot) Serang untuk membangun ulang Pasar Induk Rau menjadi pasar mo­dern mendapat tanggapan kritis dari pedagang.

Mereka menilai, sampai saat ini tidak pernah ada sosialisasi maupun pelibatan pedagang secara resmi dalam pembahasan rencana tersebut.

Pedagang beras di Pasar Rau, Tubagus Hasballah, meng­ungkapkan kekecewaannya karena pedagang yang me­miliki kios resmi justru merasa dikorbankan. 

Menurutnya, para pedagang kerap harus membeli kembali kios dengan harga tinggi ketika ada renovasi, sementara hak-hak mereka tidak pernah benar-benar diperhatikan.

“Harusnya pedagang dili­batkan sejak awal. Kita ini pemilik toko, sudah beli sejak lama, tapi setiap ada pem­bangunan selalu dipaksa beli lagi. Keluhan kami tidak pernah didengar,” ujarnya, Kamis (21/8).

Hasballah menambahkan, hingga saat ini tidak ada ja­minan penggantian jika nan­tinya kios dibongkar. Informasi yang beredar hanya menye­butkan pedagang akan dire­lokasi sementara, lalu diminta membeli lagi kios baru setelah pembangunan selesai.

“Enggak ada penggantian, paling direlokasi dulu. Setelah itu kita suruh beli lagi, otomatis begitu, karena memang regu­lasinya begitu. Padahal toko ini dulu dibeli untuk jangka 40 tahun, sekarang baru 22 tahun sudah mau dibongkar,” tegasnya.

Ia juga menilai perhatian pemerintah dan pengembang lebih besar kepada pedagang kaki lima (PKL) di trotoar atau terminal, ketimbang pedagang pemilik kios.

“Yang selalu diperhatikan justru PKL di luar pagar pasar. Sedangkan kami yang di dalam, yang punya kios resmi, malah dianaktirikan,” katanya.

Selain persoalan pelibatan, ia juga menyinggung lemahnya peran pengembang dalam mengelola pasar. Menurut Hasballah, kondisi bangunan PIR semakin memburuk kare­na tidak ada perawatan dari pihak pengelola, sehingga banyak kios yang rusak hingga akhirnya menurunkan ke­nyamanan berjualan.

Hasballah menuturkan, kondisi bangunan Pasar Rau memang sudah rusak karena minim perawatan dari pe­ngem­bang. Namun, ia mene­gaskan bahwa selama ini pedagang melakukan per­baikan secara mandiri tanpa bantuan pihak pengelola.

“Kalau bocor ya kami per­baiki sendiri. Perawatan kios ini selama ini pedagang yang tanggung, bukan pengem­bang,” ungkapnya.

Ia juga menyinggung bahwa janji menjadikan Pasar Rau sebagai pasar modern dan bersih bukanlah hal baru. Saat pertama kali dibangun pada tahun 2000-an, konsep terse­but pernah ada, tetapi hanya bertahan beberapa bulan karena lemahnya pengelolaan.

“Dulu awalnya juga bersih, bagus, tapi akhirnya kembali amburadul karena penge­lolaan tidak serius. Jadi ma­salahnya bukan sekadar bangunan, tapi bagaimana pengelolaan setelah diba­ngun,” katanya.

Sumber: