Warga Diimbau Terapkan PHBS, Dinkes Temukan Ratusan Kasus DBD

Warga Diimbau Terapkan PHBS, Dinkes Temukan Ratusan Kasus DBD

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kabupaten Serang Istianah Hariyanti saat diwawancara wartawan belum lama ini.­ (DOKUMEN TANGERANG EKSPRES)--

TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Serang, dari Januari sampai Agustus 2025 tercatat cukup tinggi. Ada 423 kasus ditemukan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang mengimbau seluruh warga menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dengan cara 3M Plus, yaitu Menguras, Menutup, dan Mengubur.

Tujuannya, untuk mem­berantas sarang nyamuk DBD dengan cara menguras tempat penampungan air, menutup bak air agar tidak ada jentik nyamuk yang bersarang, dan mengubur atau membersihkan barang-barang bekas atau tempat genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Serang Istianah Hariyanti mengata­kan, jumlah kasus DBD cukup fluktuatif setiap tahunnya, di 2025 tercatat ada 423 kasus yang ditemukan tersebar di 29 kecamatan. Jumlah ini cukup tinggi. Namun tidak sebanyak di 2024 lalu yang mencapai 558 kasus DBD. Faktor yang mempe­ngaruhi adanya DBD yaitu, kondisi cuaca yang tidak me­nentu seperti kemarau basah.

"Kita mencatat pada 2022 ada 244 kasus, sempat turun di 2023 menjadi 238 kasus, naik lagi di 2024 melonjak hingga 558 kasus, dan 2025 sampai Agustus 423 kasus. Kemarau basah merupakan faktor yang mempengaruhi adanya DBD, karena menim­bulkan banyaknya tempat sarang nyamuk," katanya, Senin (22/9).

Istianah mengatakan, kurangnya kesadaran masya­rakat akan menerapkan PHBS juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi banyak­nya kasus DBD, karena tidak menjaga kebersihan ling­kungan­nya.

Akibatnya, banyak tempat-tempat yang menjadi sarangnya nyamuk pembawa DBD (Aedes Aegypti) bisa berkembang biak.

"Contoh kolam hias yang tidak rutin dibersihkan, lalu tempat penampungan air yang enggak pernah dikuras, tempat minum burung, dan lainnya, jika tidak rutin diganti atau dibersihkan akan ada jentik nyamuk atau sarang nyamuk. Sehingga, perlu rutin dibersihkan agar terhindar dari nyamuk pembawa DBD," ujarnya.

Istianah mengimbau, masya­rakat untuk selalu me­nerapkan PHBS agar menjaga kebersihan di rumahnya maupun lingkungan sekitarnya, karena jangkauan terbang nyamuk mencapai 100 meter.

Meskipun di rumahnya sudah menerapkan PHBS, namun sekitar lingkungannya masih kotor dengan area jangkauan terbang nyamuk, dapat berpotensi bisa menularkan DBD dari nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus ini.

Tidak hanya itu, kata Istianah, mengetahui gejala apa saja yang timbul ketika terkena DBD tentunya perlu diketahui masyarakat, agar ketika terkena DBD bisa langsung dilakukan pengobatan supaya tidak terlambat.

Pasalnya, virus DBD ini sangat berbahaya apabila terlambat mendapatkan penanganannya, karena bisa sampai menyebabkan kematian, maka penting mengetahui gejala yang muncul.

"Gejala yang muncul pada penderita DBD salah satunya, demam tinggi sampai dua hingga tujuh hari, timbulnya ruam bintik merah pada kulit, sakit kepala serta ulu hati dan lainnya. Jika salah satunya su­dah muncul, seperti demam tinggi segera beri obat turun panas. Kalau masih tidak mem­pan dan timbul gejala lainnya, segera larikan ke fasilitas kesehatan terdekat seperti Puskesmas dan rumah sakit untuk mendapatkan pengobat­an," tuturnya. (agm)

Sumber: