BJB OKTOBER 2025

Warga Antusias Simulasi Banjir dan Gempa

Warga Antusias Simulasi Banjir dan Gempa

Petugas BPBD bersama relawan mengevakuasi warga dalam simulasi penanganan bencana banjir dan gempa bumi yang digelar Pemkot Serang di Lapangan BIP Kota Serang, Kamis (6/11). (PEMKOT SERANG FOR TANGERANG EKSPRES)--

TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Pemkot Serang menggelar simulasi penanganan ben­cana banjir dan gempa bumi di Lapangan Banten Indah Permai (BIP), Kota Serang Ka­mis (6/11). Kegiatan tersebut menarik antusias masyarakat, relawan, hingga para pelajar yang ikut serta dalam proses latihan eva­kuasi dan penye­lamatan. 

Simulasi ini menjadi bagian dari upaya peningkatan ke­siap­siagaan daerah dalam meng­hadapi potensi bencana, terutama memasuki musim penghujan.

Simulasi diawali dengan ske­nario terjadinya gempa bumi yang menyebabkan sejumlah warga mengalami luka dan panik. Petugas kemudian ber­gerak melakukan evakuasi, penanganan pertama (first aid), hingga mengamankan warga ke titik evakuasi. 

Sementara pada skenario ban­jir, tim gabungan menu­runkan perahu karet untuk mengevakuasi warga yang terjebak di lokasi rawan banjir. Berbagai unsur terlibat dalam kegiatan ini, mulai dari BPBD Kota Serang, TNI, Polri, Damkar, relawan, hingga masyarakat.

Wakil Wali Kota Serang, Nur Agis Aulia menegaskan kegiatan tersebut merupakan langkah preventif dalam penang­gu­langan bencana, bukan sekadar latihan rutin. Menurutnya, penanganan bencana harus berubah dari pola responsif menjadi upaya antisipatif dan pencegahan sejak dini.

“Ini kita sedang simulasi untuk pencegahan preventif bencana di Kota Serang. Kita mendorong adanya kolaborasi dalam pena­nganan bencana, dan ini bagian dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2017. Fokusnya adalah mendorong usaha-usaha preventif dalam penanganan bencana, bukan lagi yang sifatnya responsif,” ungkapnya.

Agis juga menekankan pen­ting­nya keterlibatan semua pihak dalam penanggulangan bencana. Menurutnya, bencana bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah atau BPBD, melainkan seluruh ele­men masyarakat dan berbagai sektor.

“Kuncinya kolaborasi. Pe­nang­gung jawaban bencana itu tidak bisa dibebankan hanya pada satu stakeholder. Harus melibatkan semuanya, bukan hanya kolaborasi antar OPD, tetapi juga masyarakat dan pihak swasta. Ini yang kita dorong agar tercipta sinergi dalam upaya pencegahan ben­cana,” jelasnya.

Plt Kepala BPBD Kota Serang, Diat Hermawan, mengatakan bahwa saat ini Indeks Risiko Bencana (IRBI) Kota Serang berada pada kategori sedang. Kondisi tersebut menunjukkan adanya peningkatan ketahanan daerah dibanding dua tahun sebelumnya.

“Dua tahun lalu kita masih berada di kategori risiko tinggi, namun seiring meningkatnya indeks ketahanan daerah, ni­lainya berhasil turun menjadi kategori sedang. Ini hasil dari optimalisasi sumber daya, baik SDM maupun peralatan yang kami lakukan,” ujarnya.

Meski demikian, Diat meng­akui bahwa BPBD masih me­miliki keterbatasan peralatan, terutama perahu untuk pe­na­nganan banjir. Jumlah ar­mada yang ada dinilai belum sepe­nuh­nya sebanding dengan po­tensi kebutuhan di lapangan, khususnya pada saat banjir besar. 

“BPBD Kota Serang memiliki 30 personel TRC. Untuk per­alatan, kami memiliki perahu, life jacket, helm, dan dayung, namun jumlahnya masih ter­batas. Pada kejadian 1 Maret 2022, kami pernah kekurangan perahu, tetapi saat itu bantuan datang dari provinsi, masya­rakat, NGO, bahkan dari pro­vinsi lain, sehingga penanganan tetap bisa dilakukan,” ujarnya.

Saat ini, BPBD Kota Serang memiliki tiga perahu, termasuk dua perahu jenis rafting yang dimanfaatkan sesuai kebutuhan di lapangan.

Diat menjelaskan bahwa pe­nanggulangan bencana dila­kukan dengan pendekatan pen­tahelix, yaitu melibatkan lima unsur penting: pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi, dan media. Seluruh unsur ter­sebut memiliki peran ma­sing-masing, terutama dalam mem­percepat penyampaian informasi dan meningkatkan literasi ke­bencanaan di ma­syarakat.

Sumber: