Imbas Kasus Keracunan, Pemkot Serang Perketat Pengawasan Program MBG

Imbas Kasus Keracunan, Pemkot Serang Perketat Pengawasan Program MBG

Kadinkes Kota Serang, Ahmad Hasanuddin bersama Kepala BPOM Serang Mojaza Sirait meninjau proses penyajian makanan di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Cigoong 1, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Senin (8/9). (ALDI ALPIAN INDRA/TANGERANG EKSPRES)--

Mojaza menilai kondisi fasilitas SPPG di Walantaka cukup baik meski perlu perbaikan detail.

“Secara umum sudah oke. Tapi ada hal-hal kecil yang harus diperhatikan, seperti pencucian ompreng dan kebersihan lantai agar tidak ada sisa kotoran. Hal-hal seperti itu bisa menjadi sumber cemaran kalau diabaikan,” katanya.

Belajar dari kasus keracunan yang terjadi di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang BPOM langsung turun melakukan evaluasi.

“Kami sudah memberi pelatihan mulai dari pengadaan bahan baku, pencucian peralatan, pemorsian, hingga transportasi. Tinggal sekarang bagaimana relawan disiplin menjalankan. Kami juga melaporkan ke pusat untuk dievaluasi nasional agar ada rekomendasi perbaikan,” papar Mojaza.

Mengenai penyebab pasti keracunan makanan yang menimpa siswa di luar Kota Serang, Mojaza menyebut masih menunggu hasil laboratorium.

“Dugaan sementara bisa karena bahan makanan atau cara masaknya. Tetapi yang jelas, alur produksi harus diperketat, terutama kebersihan tempat dan orangnya. Itu yang menjadi perhatian utama kami,” tegasnya. 

Sementara itu, Kepala SPPG Cigoong 1, Ali Sobri, juga menyampaikan beberapa catatan hasil evaluasi.

“Masukan dari BPOM, makanan tidak boleh langsung diletakkan di lantai. Itu jadi pembelajaran bagi kami, karena memang saya baru pertama kali menjalankan ini. Jadi sambil berjalan, kita sambil belajar. Untuk ruangan, pintu-pintu harus tertutup rapat dengan tirai plastik. Yang paling fatal adalah kondisi dapur, terutama bagian cuci ompreng dan penanganan air yang belum maksimal. Saat ini ada dua dapur, tetapi salah satunya masih dalam proses pembangunan,” ungkapnya.

Ali menjelaskan, SPPG Cigoong 1 menyalurkan makanan ke 10 sekolah dan 3 posyandu di sekitar Desa Cigoong.

“Rinciannya, PAUD 1, TK 1, SD 4, SMP 2, dan SMK 2. Jadi mencakup Kelurahan Walantaka, Cigoong, dan Nyapah. Total penerima ada 3.532 orang setiap hari, meski angka ini bisa menyesuaikan kondisi di sekolah,” jelasnya.

Untuk sementara, program berjalan lima hari dalam sepekan, namun sesuai petunjuk teknis terbaru akan diperluas menjadi enam hari. “Kerja sama dengan sekolah dibuat per semester. Jadi setiap semester akan diperbarui,” tambahnya.

Terkait pengantaran, Ali mengakui masih ada keterbatasan.

“Unit pengantaran masih standar minimal, ada dua mobil. Karena ada dua dapur, masing-masing dapur menyiapkan mobil. Ini memang PR, tapi kami minimalisir dengan pemetaan jalur, agar distribusi tepat waktu. Selain itu, kondisi mobil juga harus selalu sehat,” ujarnya.

Untuk menu, Ali menyebut variasinya terus diganti setiap hari. “Contohnya ada ayam fillet, sayur capcay, dan jeruk. Kalau soal harga paket, itu ada di bagian akuntansi,” pungkasnya.

Dengan pengawasan ketat dari Pemkot Serang, BPOM, dan evaluasi dari SPPG sendiri, program ini diharapkan bisa berjalan aman, sehat, dan memberi manfaat nyata bagi peningkatan gizi masyarakat Kota Serang. (ald)

Sumber: