Imbas Kasus Keracunan, Pemkot Serang Perketat Pengawasan Program MBG

Imbas Kasus Keracunan, Pemkot Serang Perketat Pengawasan Program MBG

Kadinkes Kota Serang, Ahmad Hasanuddin bersama Kepala BPOM Serang Mojaza Sirait meninjau proses penyajian makanan di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Cigoong 1, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Senin (8/9). (ALDI ALPIAN INDRA/TANGERANG EKSPRES)--

TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Kasus keracunan makanan yang menimpa puluhan siswa di Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) beberapa waktu lalu menjadi perhatian serius Pemerintah Kota (Pemkot) Serang.

Belajar dari peristiwa tersebut, Pemkot menegaskan akan memperketat pengawasan kualitas makanan dalam program Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Penegasan itu disampaikan dalam acara grand launching SPPG Cigoong 1 di Kecamatan Walantaka, Senin (8/9). Program ini menyasar siswa sekolah dasar hingga menengah, termasuk madrasah, serta kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan balita (B3).

Kehadiran program ini diharapkan tidak hanya menambah asupan gizi, tetapi juga mampu menekan angka stunting di Kota Serang.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, Ahmad Hasanuddin, menyatakan program SPPG menjadi peluang besar untuk memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat.

“Program ini bermanfaat bagi anak-anak sekolah, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga madrasah. Bahkan kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan balita juga mendapatkan manfaat,” ungkapnya.

Ahmad menekankan, pengawasan harus mencakup aspek potensi cemaran.

“Kualitas makanan harus diperhatikan dari sisi kimia, bakteriologi, maupun fisik. Itu penting agar makanan yang diberikan aman. Harapan saya, dengan adanya program ini, ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan anak sekolah bisa lebih sehat, serta berkontribusi terhadap penurunan stunting,” jelasnya.

Menurut Ahmad, secara makro fasilitas penyajian makanan di SPPG Cigoong 1 sudah cukup baik. Mulai dari pemisahan tempat memasak dan pemorsian, ketersediaan tempat cuci, hingga insinerator untuk limbah. Meski begitu, ia mengakui masih ada kekurangan kecil yang perlu disempurnakan.

“Wajar, karena ini baru pertama kali dilaksanakan. Dinkes akan terus melakukan pembinaan, terutama soal higienitas makanan dan penjamah makanan,” ujarnya.

Selain itu, Dinkes juga menyiapkan tim khusus untuk memberikan pelatihan.

“Kami punya bidang yang menangani makanan dan minuman. Mereka akan melatih penjamah makanan, baik terintegrasi dengan program ini maupun melalui kegiatan khusus. Sebab, kasus keracunan bisa terjadi bila makanan tidak segera dikonsumsi atau disimpan dengan cara yang salah,” tambahnya.

Sikap serupa juga ditegaskan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Serang. Kepala BBPOM Serang, Mojaza Sirait, menegaskan pihaknya turut melakukan pengawalan agar kualitas makanan tetap terjamin.

“Kami memberi masukan untuk penyempurnaan fasilitas dan memastikan relawan memahami cara produksi pangan siap saji yang baik. Artinya, makanan yang diproduksi harus aman dari cemaran fisik, kimia, maupun mikrobiologi,” terangnya.

Sumber: