Pembelaan Ara Soal Utang Indonesia
Reporter:
Redaksi Tangeks|
Editor:
Redaksi Tangeks|
Jumat 14-07-2017,08:17 WIB
Anggota Komisi XI dari Fraksi PDI Perjuangan, Maruarar Sirait mengungkapkan, Indonesia masih lebih baik dalam soal besaran utang jika dibanding dengan negara lain.
Tercatat, rasio utang Indonesia berada di kisaran 27,9 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini masih jauh di bawah ambang batas 60 persen dari PDB dan tergolong masih rendah bila dibandingkan dengan negara lainnya yang bisa mencapai 100-200 persen dari PDB.
“Contoh Australia 39 persen, Malaysia 56 persen, India 66 persen, Jerman 68 persen, Inggris 89 persen, Amerika Serikat 107 persen, dan Jepang 249 persen," ungkap Maruarar dalam Dialetika Demokrasi dengan tema 'Utang Luar Negeri Untuk Siapa' di Gedung DPR.
Politikus PDIP yang akrab disapa Ara ini juga mengungkapkkan, pemerintahan Jokowi menggunakan utang untuk untuk kebutuhan rakyat dan juga infrastruktur.
Sehingga, kata dia, ada banyak dampak seperti bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat, termasuk untuk urusan kesejahteraan rakyat lainnya.
"Bicara soal utang, saya rasa tidak ada orang yang senang berutang, karena utang itu pasti ada kewajibannya. Kecuali hibah yang gak ada kewajibannya. Kalau kita lihat, utangnya apa ? Infrastruktur," kata Ara.
Sekitar dua bulan lalu, Ara mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kegiatan Lintas Nusantara, mulai adari Aceh, Kalimantan Selatan, Maluku, Maluku Utara, hingga Papua. Dalam kunjungan ini Maruarar menyaksikan langsung pembangunan infrastruktur.
"Di Sumatera Utara misalnya, bagaimana jalan tol itu progressnya luar biasa, pelabuhan-pelabuhan, bandara, di Wamena bagaimana kita melihat pembangunan perbatasan kita dengan Papuan Nugini," kata Maruarar.
Menurut Ara, Jokowi bisa saja memilih membangun di kawasan padat penduduk untuk mendapat berkah elektortal.
Namun hal itu justru dilakukan di kawasan yang minim penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa Presiden benar-benar memikirkan untuk menjaga Indonesia secara utuh.
“Say pikir kalau misalnya Presiden hanya berpikir pragmatis saja dan tidak berpikir membangun Indonesia, dia akan membangun daerah-daerah yang padat saja misalnya Jawa dan Sumatera," pungkas Ara. (dms/JPG)
Sumber: