Limbah Pencucian Karung Dikeluhkan Warga

Limbah Pencucian Karung Dikeluhkan Warga

PAKUHAJI – Puluhan warga mengeluhkan keberadaan pabrik pengelolaan plastik di Kampung Kali Baru RT 03/03, Desa Kali Baru, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang. Pasalnya, pabrik membuang air limbah yang menimbulkan bau tidak sedap, bahkan diduga karena terkena air limbah, maka tanaman di sekitar pabrik mati. Puad, seorang warga mengatakan, rumah miliknya yang berdampingan dengan pabrik pengelolaan plastik begitu ia keluhkan. Sejak 2016 lalu, lanjutnya, pembuangan air sisa pencucian berbagai macam jenis karung dibuang ke lahan kosong disamping pemukiman warga. “Jadi pabrik pengelolaan plastik ini mengelola berbagai macam barang bekas berbahan plastik, diantaranya karung bekas,” kata Puad, warga Kampung Kali Baru RT 03/03, Desa Kali Baru, Kamis (1/11). Bahkan, ungkapnya, beberapa jenis pohon yang tumbuh dilahan kosong sudah mati setelah terendam air limbah. Selain itu, air limbah pabrik diduga sudah berdampak ke sanitasi air atau sumur bor milik 25 KK yang berada di sekitar pabrik. “Air sumur bor sudah berbusa, kemudian bila digunakan terasa bau dan gatal. Bahkan, ibu-ibu sudah tidak menggunakan air untuk memandikan bayi atau anak balita, sebab mereka khawatir daya tahan tubuh bayi yang masih lemah, bisa berdampak kepada kesehatan bayi,” terangnya. Senada dengan Puad, Nazam seorang warga mengatakan, warga terkena dampak negatif keberadaan pabrik pengelolaan plastik. Adapun dampak negatif tersebut, suara bising, bau tidak sedap yang ditimbulkan dari air limbah, kemudian sumur bor milik warga yang diduga sudah tercemar air sisa pencucian karung. Di tempat berbeda, saat ditemui Tangerang Ekspres sekitar Pukul 14.00 WIB, Uung, pemilik pabrik mengakui membuang air sisa pencucian karung ke lahan kosong dibelakang pabrik miliknya. Beberapa kali, ia menjelaskan, bak penampungan air dengan daya tampung 10.000 liter sudah tidak bisa menampung air sisa pencucian karung. “Terpaksa, kami mengalirkan air yang meluap ke belakang pabrik,” kata Uung. Tetapi, ia menuturkan, dia sudah meminta maaf ke perwakilan masyarakat. Kemudian, menutup saluran pembuangan air limbah yang mengalir ke lahan kosong di belakang pabrik. Bahkan, dia sudah menguras bak penampungan air sisa pencucian karung agar tidak meluap kembali. “Setelah ada mediasi dengan perwakilan warga, kami akan menerima keluhan-keluhan masyarakat, kemudian berusaha memperbaiki sistem pembuangan air limbah,” ujarnya. Saat ini, ia menambahkan, belum ada saluran pembuanga air limbah (SPAL) yang terbangun di depan pabrik miliknya. Sehingga, dia mengakali dengan membuat bak penampungan untuk air sisa pencucian karung dan pengilingan plastik. (mg-2/mas)

Sumber: