Kota Serang Berpotensi Jadi Sentral PSEL
 
                                    MENDAMPINGI: Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang, Farach Richi (kanan), saat mendampingi tim lintas kementerian melakukan survei calon lokasi pembangunan Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di TPA Cilowong, Rabu (29/10).(Aldi Alpi--
TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Kota Serang berpeluang besar menjadi salah satu daerah penerima program Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL), setelah tim lintas kementerian melakukan survei lapangan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cilowong, Rabu (29/10).
Sebelumnya, Pemerintah pusat memutuskan proyek waste to energy atau PSEL di wilayah Tangerang Raya akan dikelola secara terpusat di tempat pembuangan akhir (TPA) Jatiwaringin, Kabupaten Tangerang.
Hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan Melalui Pengolahan Sampah Menjadi Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Wilayah Tangerang Raya dipusatkan di TPA Jatiwaringin Kabupaten Tangerang.
Pada saat melakukan survey peninjauan lokasi, rombongan kementerian didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang, Farach Richi. Survei dilakukan untuk menilai kesiapan Kota Serang, baik dari aspek infrastruktur, ketersediaan lahan, maupun potensi volume timbunan sampah yang dihasilkan setiap harinya.
“Kegiatan di Cilowong hari ini adalah survei lokasi untuk PSEL, yaitu Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik. Ada dua lokasi yang disurvei, yakni di TPA Cilowong dan satu lagi di daerah Kabupaten, tepatnya di Luwu,” ujar Farach, Rabu (29/10).
Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari tahapan penilaian awal sebelum pemerintah pusat menetapkan lokasi penerima program PSEL secara resmi melalui Keputusan Presiden (Kepres). Program ini melibatkan beberapa kementerian terkait, diantaranya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Dalam Negeri, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).
Farach menjelaskan, tujuan utama dari survei ini adalah memastikan kesiapan teknis dan administratif daerah dalam mendukung pelaksanaan program PSEL. Pemerintah pusat menilai berbagai aspek, mulai dari kesiapan lahan, sarana pengolahan sampah, hingga volume timbulan sampah yang tersedia sebagai bahan baku energi listrik.
“Tujuannya untuk memastikan dan menilai kesiapan antar lintas kementerian sebelum menetapkan lokasi penerima program PSEL. Karena kebutuhan sampah minimalnya harus mencapai 1.000 ton per hari, maka diperlukan kerja sama antar daerah,” jelasnya.
Kepala DLH Kota Serang itu menuturkan, berdasarkan hasil pendataan, volume timbulan sampah di Kota Serang saat ini mencapai sekitar 419 ton per hari. Jumlah tersebut masih di bawah kebutuhan minimal yang ditetapkan pemerintah pusat untuk mendukung operasional fasilitas PSEL, yakni antara 1.000 hingga 1.500 ton per hari.
Oleh karena itu, kata Farach, dibutuhkan kolaborasi antar wilayah agar volume sampah yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Ia menyebutkan, daerah terdekat seperti Kabupaten Serang, Kota Cilegon, hingga wilayah sekitar lainnya bisa menjadi mitra dalam penyediaan pasokan sampah.
“Pemenuhan jumlah sampahnya bisa berasal dari daerah terdekat, seperti Kabupaten Serang atau bahkan Kota Cirebon. Jadi kalau Kota Serang ditetapkan sebagai penerima program PSEL, pasokan sampahnya bisa didukung oleh wilayah sekitar,” ujarnya.
Farach menilai, Kota Serang memiliki sejumlah keunggulan yang membuatnya layak menjadi sentral pengelolaan PSEL di wilayah Banten. Selain kesiapan infrastruktur dan lahan yang memadai, letak geografis Kota Serang dinilai sangat strategis karena berada di tengah-tengah antara beberapa daerah.
“Secara pribadi, saya menilai Kota Serang sangat layak menjadi lokasi PSEL. Selain karena kesiapan infrastruktur dan lahan, posisi Kota Serang juga strategis, berada di tengah-tengah antara beberapa daerah,” katanya.
Ia menambahkan, keberadaan fasilitas PSEL di Kota Serang nantinya tidak hanya bermanfaat bagi pengelolaan sampah lokal, tetapi juga dapat mendukung pembangunan energi alternatif yang ramah lingkungan. “Peluangnya sangat besar. Letak geografis kita di tengah-tengah membuat Kota Serang mudah menjangkau daerah sekitar seperti Kabupaten Serang, Cilegon, hingga wilayah lainnya. Itu menjadi nilai tambah tersendiri,” imbuhnya.
Sumber:
 
                         
                                 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                     
                                     
                                                 
                                                 
                                                 
                                                