6.037 Warga Terjangkit TBC, Pasar Kemis Terbanyak

6.037 Warga Terjangkit TBC, Pasar Kemis Terbanyak

TIGARAKSA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang gencar mencari penderita tubercolusis (TBC). Hasilnya, sepanjang 2019 terdapat  6.307 kasus baru terjangkit TBC. Tertinggi ada dari dua puskesmas di Kecamatan Pasar Kemis mencapai 482 penderita. Terendah ada di puskesmas Jalan Kutai, Kecamatan Kelapa Dua. Kepala Bidang Pencegahan Penularan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmidzi mengatakan, rata-rata di 30 dari 44 puskesmas ada 100 kasus, sisanya kasus TBC ada di bawah 100 kasus. Ia menegaskan, kasus penderita TBC harus ditemukan sebanyak-banyaknya. Sebab, ada kemungkinan penderita TBC yang belum terdeteksi ikut menularkan kepada orang lain. "Itu strategi kita. Harus cari sebanyak-banyaknya. Malah kalau rendah puskesmasnya kita berikan teguran. Karena harus tinggi, dan begitu ditemukan langsung diobati. Kalau rendah ada kemungkinan penderita TBC yang masih jalan-jalan dan bisa menularkan ke yang lain. Harusnya sebanyak-banyaknya ditemukan," tegasnya saat ditemui Tangerang Ekspres, kemarin. Data dari Dinkes Kabupaten Tangerang, kasus TBC mengalami peningkatan. Sebanyak 2.600 kasus ditemukan sepanjang 2018 dan di 2019 terdapat 6037 kasus. Pada 2019, tertinggi ada di Puskesmas Kota Bumi dengan 371 kasus. Lalu di Puskesmas Cikupa 325 kasus, disusul Puskesmas Curug 281 kasus dan Puskesmas Cisoka 252 kasus. Untuk Puskesmas Pasarkemis ada 111 kasus dan terendah di Puskesmas jalan Kutai, Kecamatan Kelapa Dua ada 46 kasus. "Pada Januari 2020, kita temukan ada 37 suspect kasus TBC suspect 37. Adapun jumlah pasien yang positif ada 8 kasus," kata Hendra. Menurutnya, kasus penyebaran TBC diakibatkan banyak faktor. Seperti, pola hidup kurang sehat dan kekebalan tubuh masing-masing individu. "Pertama karena mikroba tuberculosa yang berkembang di lingkungan lembab atau tropis. Apalagi di rumah yang lembab dan tidak masuk cahaya matahari," ungkap Hendra. Ia menerangkan, cara penularan TBC sama dengan virus Corona. Yakni melalui air liur. Hendra mencontohkan kasus sederhana yang kerap terjadi. "Misal, saat penderita TBC batuk di tutup pakai tangan. Dahak dan air liurnya menempel pada tangan, lalu dia pegang engsel pintu. Datang orang sehat pegang engsel pintu juga, maka tanpa sadar ikut tertular. Tetapi kalau rajin cuci tangan dan etika batuk maka tidak akan tertular," jelasnya. Ia mengimbau, agar warga menerapkan pola hidup sehat. Minimal rajin cuci tangan dan segera memeriksakan diri apabila batuk berdahak tidak berhenti sampai dua minggu. "Penderita TBC bisa sembuh dan obatnya ada di Puskesmas. Utamanya pakai etika batuk, saat bersin atau batuk tutupi dengan tisu dan buang di tempat sampah. Kita juga bekerjasama dengan pabrik untuk melakukan pengecekan TBC ke pekerja mereka," tutupnya. (sep/mas)

Sumber: