Soal Keluhan Study Tour, Dewan Akan Panggil Dindik

Soal Keluhan Study Tour, Dewan Akan Panggil Dindik

TANGERANG – Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Turidi Susanto angkat bicara soal study tour dan perpisahan yang dikeluhkan para orangtua siswa. Menurutnya, pihak sekolah harus memerhatikan ekonomi orangtua siswa dan jangan menekan apalagi mengancam jika siswa tidak ikut study tour. "Melakukan ancaman, jika tidak ikut maka nilai akan dikurangi. Itu tidak boleh terjadi, karena study tour dan perpisahan jangan membebankan orangtua siswa," ujar Turidi, Senin (18/11). Turidi menambahkan, harusnya sekolah bisa menghitung kebutuhan kegiatan tersebut. Permasalahan ini sering terjadi setiap tahun. Kata dia, kalau bisa study tour atau perpisahan lokasinya yang dekat karena biaya bisa terjangkau dan tidak membebani orangtua siswa. "Saya sarankan kalau bisa kegiatan tersebut jangan jauh-jauh, ke Jogja itu pasti membutuhkan biaya besar dan pasti membebankan orangtua siswa. Kalau misalnya di lokasi yang dekat bisa pinjam bus Pemkot Tangerang dan juga kegiatannya harusnya 1 hari saja,"paparnya. Politisi asal Gerindra tersebut menuturkan, dirinya akan mencoba menanyakan regulasi study tour dan perpisahan kepada Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Tangerang. Masalah ini tidak boleh dibiarkan, agar sekolah tidak membuat kegiatan yang membuat orangtua repot. "Masalah ini saya coba lakukan koordinasi dengan pihak Dindik. Jika masih terjadi lagi, maka kami akan panggil Dindik dan sekolah terkait untuk menjelaskan,"ungkapnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Masyati Yulia menegaskan, pihak sekolah tidak melakukan pengancaman kepada orangtua siswa jika anaknya tidak ikut. Karena kegiatan study tour adalah inisiatif orangtua dan bukan pihak sekolah. "Saya sudah intruksikan Bidang SD untuk mengecek SDN 05 Cipondoh yang sempat dikeluhkan orangtua siswa. Kita beritahu dan bimbingan kepada sekolah tersebut untuk tidak membebankan orangtua, kalau memang tidak bisa ikut jangan diancam. Lebih baik sekolah memberikan susbsidi silang agar siswa tersebut ikut,"ujarnya. Kata Masyati, kegiatan perpisahan tidak diwajibkan dan tidak boleh ada unsur paksaan. Selain itu juga pihak sekolah tidak boleh mengganti namanya menjadi study tour, karena siswa kelas 3 tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar. "Study tour itu memang penting bagi siswa untuk memberikan wawasan baru dan pelajaran baru diluar sekolah. Kalau perpisahan saya tegaskan tidak disarankan untuk jauh-jauh dan membebankan orangtua siswa, karena itu hanya jalan-jalan. Tetapi balik lagi, apakah orangtua siswa sepakat atau tidak. Karena kegiatan tersebut atas permintaan orangtua siswa,"tutupnya (mg-9)

Sumber: