PSK Dominasi Penderita HIV/AIDS

PSK Dominasi Penderita HIV/AIDS

TIGARAKSA – Pekerja seks komersil (PSK) menjadi sarang penularan HIV/AIDS. Menurut data yang dirilis Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten, sebanyak 1.521 orang terdampak HIV/AIDS di Kabupaten Tangerang. Kepala Bidang Pencegahan Penyebaran Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmidzi mengatakan, data tersebut merukan kalkulasi sepanjang 2006 hingga 2019. Menurutnya, setiap kasus penderita HIV/AIDS ada 100 kasus tersembunyi. Karenanya, dilakukan penyisiran dan pendataan penderita HIV/AIDS. "Untuk tahun ini sekira 368 orang penderita HIV/AIDS yang berhasil kita data. Sesuai, data base kita sebanyak 1.493 orang terdampak HIV. Dari jumlah itu, sekira 40 persen sebagai PSK," katanya kepada Tangerang Ekspres melalui sambungan seluler, Minggu (17/11). Menurut Hendra, dari data 1.493 orang tedampak HIV/AIDS, wirausaha mendominasi terpapar penyakit. Lalu, diikuti pekerja swasta atau karyawan. Kemudian, disusul ibu rumah tangga yang terdampak akibat suami yang berisiko tinggi terpapar HIV/AIDS. "Jelasnya, mereka sebagai PSK di kartu tanda penduduk (KTP) tertulis sebagai wiraswasta. Data penderita HIV/AIDS itu kita buat secara total dari 2006 hingga 2019," katanya. Lanjutnya, dilihat dari penularan HIV/AIDS, tertinggi melalui hubungan badan dengan berganti pasangan. Lalu, penularan melalui lelaki seks lelaki (LSL), jarum suntik dan transfusi darah. Hendra mengungkapkan, dari data 1.493 orang terdampak HIV/AIDS ada yang meningg dunia. Ia menjelaskan, sepanjang 2006 hingga 2019 ada sekira 20 orang. Adapun, obat bagi penderita HIV/AIDS termasuk sebaga pencegah komplikasi, didapatkan secara gratis. Menurut Hendra, obat tersebut dikirimkan dari kemenkes setiap enam bulan sekali. "Tahun ini ada satu balita, pada tahun lalu dua balita meninggal akibat HIV/AIDS yang tertular dari ibu yang melahirkannya. Kita sudah mengingatkan untuk lahir di rumah sakit. Akan tetapi malah memilih secara tradisional," katanya. Kata Hendra, sebagai pencegahan, sudah dilakukan rapat koordinasi dengan majelis ulama Indonesia (MUI) di setiap kecamatan. "Sudah mengadakan pertemuan dengan MUI kecamatan membentuk satgas. Serta, ada warga peduli AIDS, yang berada di bawah koordinasi satgas," tutupnya. (mg-10/mas)

Sumber: