Ia mencontohkan sistem pengelolaan sampah di Bali yang dinilai berhasil karena terintegrasi dari hulu ke hilir. Sampah plastik diolah menjadi pelet dan dijual ke PLN atau BUMN. Sistem semacam ini, katanya, bisa diadaptasi oleh Banten agar pengelolaan sampah tidak hanya berakhir di pembuangan, tapi juga bernilai ekonomi.
Terkahir, Ridho menegaskan bahwa persoalan sampah tidak bisa selesai hanya dengan membangun fasilitas atau menggulirkan program. Kunci utamanya ada pada kesadaran masyarakat dan konsistensi sistem pengelolaan.
“Kalau masyarakat sudah paham perannya dan pemerintah menjalankan sistem dari hulu ke hilir dengan konsisten, masalah sampah di Banten bisa jauh lebih mudah diselesaikan. Pemerintah tinggal memperkuat fasilitas dan regulasinya,” ujarnya.
Menurutnya, pengelolaan sampah bukan hanya soal kebersihan lingkungan, tapi juga soal peradaban. “Sampah itu cermin perilaku. Kalau kita mau Banten lebih bersih dan sehat, ya mulai dari diri sendiri. Baru pemerintah memperkuat sistemnya,” tutupnya. (ald)