BJB NOVEMBER 2025

Kisah Ari Kurniawan Relawan PMI Kota Tangerang di Tengah Banjir Bandang Aceh, Menjaga Asa dari Tangki Air

Kisah Ari Kurniawan Relawan PMI Kota Tangerang di Tengah Banjir Bandang Aceh, Menjaga Asa dari Tangki Air

Ari Kurniawan, relawan PMI Kota Tangerang, saat membantu pemenuhan air bersih untuk warga Aceh yang terdampak bencana.(Istimewa)--

TANGERANGEKSPRES.ID, ACEH — Truk tangki air itu melaju perlahan di jalan berlumpur, melewati jembatan yang nyaris runtuh diatas tebing rawan longsor. Di balik kemudi, Ari Kurniawan menggenggam setir dengan penuh kehati-hatian. Bukan hanya muatan puluhan ribu liter air bersih yang ia jaga, tetapi juga harapan ratusan warga Desa Lhok Dalam, Kabupaten Aceh Timur, yang selama berhari-hari terpaksa bertahan dari guyuran air hujan.

Ari adalah relawan PMI Kota Tangerang. Awal Desember 2025, ia mendapat penugasan dari PMI Provinsi Banten untuk bergabung dalam misi besar distribusi air bersih pascabencana banjir bandang di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Bersama PMI Provinsi Banten, Ari fokus menjalankan tugas di Aceh, wilayah yang terdampak cukup parah dan membutuhkan suplai air bersih secara cepat.

Pada 6 Desember 2025, Ari berangkat dari Jakarta. Ia bersama puluhan relawan lain terlebih dahulu berkumpul di Markas PMI Pusat sebelum menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dari pelabuhan itu, sekitar 35 truk tangki air diberangkatkan melalui jalur laut menuju Aceh. Secara keseluruhan, PMI Pusat mengerahkan kurang lebih 60 truk tangki air ke tiga wilayah terdampak bencana.

Selama enam hari perjalanan akhirnya terbayar. Pada 12 Desember 2025, rombongan tiba di Aceh. Ari pertama kali menginjakkan kaki di Pelabuhan Lhokseumawe. Malam itu, ia dan relawan lain beristirahat di Markas PMI Kota Lhokseumawe. Keesokan hari, paginya perjalanan berlanjut menuju PMI Kabupaten Aceh Timur, sekitar tiga jam perjalanan darat, sebelum akhirnya melakukan distribusi air bersih ke Desa Lhok Dalam, Kecamatan Peureulak.

Setibanya di lokasi, pemandangan pilu langsung menyambut. Lumpur sisa banjir bandang setinggi hampir dua meter masih menutupi sebagian rumah warga. Aktivitas belum sepenuhnya pulih, dan kebutuhan dasar menjadi persoalan utama.

“Warga cerita ke saya, selama kurang lebih empat hari mereka minum air hujan, karena nggak ada pilihan lain,” ungkap Ari saat dihubungi.

Sebagian warga menampung air hujan menggunakan ember untuk mandi dan minum. Lokasi sumber air bersih berbayar cukup jauh dari permukiman, dan jika ada yang menjual air, harganya berkisar antara Rp20.000 hingga Rp30.000 per toren, angka yang berat bagi warga yang baru saja kehilangan banyak hal akibat bencana.

Ketika truk tangki PMI tiba menyalurkan air bersih, sambutan hangat langsung terasa. Kalimat sederhana dari warga menjadi momen yang sulit dilupakan Ari.“Mereka langsung bilang, ‘Terima kasih sudah membantu air bersihnya, jadi kami tidak minum air hujan lagi,’” ucap warga.

Distribusi air tidak berjalan tanpa tantangan. Ari dan tim harus melewati jembatan yang hampir roboh serta jalan ekstrem di wilayah Desa Cet Mbon, Kecamatan Peureulak—jalan sempit di tebing yang rawan longsor jika hujan turun. Kondisi jalan yang berlumpur juga membuat ban truk berisiko selip kapan saja.

Namun semua itu tak menyurutkan langkah. Bersama dua truk tangki air PMI Provinsi Banten, Ari terlibat dalam distribusi air bersih ke tiga desa. ”Total sekitar 90 ribu liter air bersih berhasil disalurkan, dengan pasokan air diambil dari PDAM Peureulak,” ujar Ari.

“Capek pasti. Tapi lihat warga jauh lebih capek dengan kondisi mereka sekarang, itu yang bikin kita tambah semangat untuk bantu,” sambungnya.

Rencananya, Ari akan kembali ke Kota Tangerang pada 31 Desember 2025. Namun sebelum pulang, masih banyak tugas yang harus dituntaskan dan masih banyak warga yang membutuhkan uluran tangan.

Di sela-sela tugas kemanusiaan, rindu pada keluarga tak bisa ia hindari. Ari yang telah berkeluarga mengaku sangat merindukan anak dan keluarganya di Kota Tangerang. Beruntung, sinyal komunikasi di lokasi kini mulai stabil.“Kalau dibilang kangen, pasti. Tapi sekarang sudah bisa video call sesering mungkin buat ngurangin rindu,” katanya sambil tersenyum.

Dari seluruh rangkaian misi kemanusiaan ini, ada satu pesan warga yang paling membekas di hati Ari. Bukan tentang permintaan bantuan tambahan, melainkan doa tulus yang sederhana.“Mereka bilang ke kita supaya jaga kesehatan, biar terus bisa membantu warga,” ujarnya pelan.

Sumber: