20 Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh

20 Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh

JAKARTA - Otoritas Kabupaten Aceh Timur menyebutkan, sebuah kapal yang menampung 20 orang yang diyakini sebagai etnis Rohingya telah berlabuh di kawasan pantai timur laut Pulau Sumatra, Selasa (4/128). Kedatangan kapal tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian kapal pembawa etnis Rohingnya meninggalkan Myanmar dan Bangladesh menuju Malaysia. Gelombang pengungsi dari barak pengungsian beberapa minggu belakangan menimbulkan kekhawatiran krisis penyelundupan Rohingya pada 2015 terulang kembali. Dilansir Reuters, badan mitigasi bencana di Aceh Timur mengatakan bahwa sekelompok pria yang memiliki ciri-ciri seperti pengungsi Rohingya tiba di pelabuhan Kuala Idi. Otoritas setempat pun memberi makan dan minum para pria yang rata-rata berusia sekitar 20-an tersebut. Pihak imigrasi mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya tengah dalam proses untuk menanyai para pengungsi. Kepala komunitas nelayan setempat mengatakan para pengungsi itu sesungguhnya menuju Malaysia, namun tidak jelas mengapa mereka berlabuh di Indonesia. “Perahu mereka masih berfungsi dan mereka memiliki bahan bakar, jadi kami tidak tahu mengapa mereka memasuki daerah kami,” kata Razali, salah satu nelayan kepada Reuters. Sampai saat ini belum diketahui apakah perahu tersebut berasal dari Myanmar atau Bangladesh. Beberapa waktu lalu otoritas Myanmar mengamankan sebuah kapal yang berusaha membawa 93 pengungsi Rohingya. Kapal tersebut hendak menuju Malaysia. Gelombang pengungsi yang meninggalkan kamp bermunculan dalam beberapa waktu terakhir menyusul rencana repatriasi yang disepakati Myanmar dan Bangladesh. Banyak dari para pengungsi khawatir untuk kembali ke Rakhine karena situasi yang dinilai belum cukup kondusif dan tidak ada jaminan kewarganegaraan sekembalinya ke Myanmar. Rencana repatriasi itu saat ini ditangguhkan kedua negara menimbang kondisi dalam negeri Bangladesh yang hendak mengadakan pemilihan umum. Rencananya, pembahasan mengenai nasib pengungsi Rohingya yang saat ini ditampung di Bangladesh akan dibicarakan pada 2019. Kedatangan pengungsi rohingya ini bukan pertama kali. April lalu, sebanyak 79 orang suku rohingya terdampar di Perairan Kuala Raja, Kabupaten Bireun, Aceh. Sempat dievakuasi di tepian pantai setempat, mereka kemudian diinapkan ke gedung Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Cot Gapu, Bireun. Muhammad Rafiq (55), seorang pengungsi rohingya yang bisa berbahasa melayu mengatakan, mereka berangkat dari Myanmar pada hari kamis pekan lalu. Mereka menggunakan boat (kapal) ukuran 5 GT dengan membawa 79 orang dengan rincian pria berjumlah 44 orang, wanita ada 27 orang dan anak-anak sekitar 8 orang. "Kami berangkat dengan nekat. Kapal sekecil itu kami naiki sekitar 79 orang. Alhamdulillah, tidak ada yang meninggal di laut saat kami berlayar," kata Rafiq seperti dilansir detikcom di SKB Cot Gapu, Bireun, Sabtu (21/4). Kata Rafiq, mereka pergi karena negaranya itu dalam kondisi perang. Mereka memilih pergi untuk mencari kerja ke negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, namun ditolak. Untung saja, persediaan minyak kapal ada sehingga tidak tenggelam di tengah laut. "Berangkatnya hanya satu kapal. Tujuan kami ke Malaysia dan Thailand. Namun tidak diterima dan saya mengarahkan kapal ke Indonesia dengan harapan masyarakat mau menerima mereka sementara waktu," tambah Rafiq. Selain mencari pekerjaan di Malaysia, kebanyakan dari keluarga mereka yang sudah berada di sana. Banyak saudara-saudara rohingya terdampar di Aceh sudah duluan masuk Malaysia dan menetap untuk bertahan hidup.(Reuters/bis)

Sumber: