Ribuan Siswa SMA Negeri 2 Antusias Belajar di Luar Kelas

Ribuan Siswa SMA Negeri 2 Antusias Belajar di Luar Kelas

SETU-Ribuan siswa SMA Negeri 2 Kota Tangsel ikut menyemerakkan Hari Belajar di Luar Kelas atau Outdoor Classroom Day (OCDay), Kamis (1/11). Event ini, merupakan acara internasional yang digelar serentak di seluurh dunia. Di momen ini, ribuan anak SMA Negeri 2 terlihat antusias. Mereka terlihat ceria meski belajar di luar. Acara ini juga sekaligus memperingati Hari Anak Internasional. Deputi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bidang Tumbuh Kembang Anak Lenny N.Rosalin mengatakan, belajar dan bermain merupakan salah satu dari hak anak. Ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan keterampilan penting dalam kehidupan. Seperti daya tahan tubuh, kerja sama, dan kreativitas. "Ini mengemuka pada kampanye global Hari Belajar di Luar Kelas di SMAN 2 Tangsel," ujarnya, Kamis (1/11). Lenny menambahkan, kegiatan tersebut juga merupakan salah satu upaya mendukung Sekolah Ramah Anak (SRA), dengan melangsungkan kegiatan belajar di luar kelas atau OCDay. OCDay merupakan kampanye global untuk menginspirasi aktivitas belajar di luar kelas, minimal 90 menit setiap hari. Jutaan anak dari ribuan sekolah di seluruh dunia turut mengambil bagian dalam kampanye ini. Lebih dari 120 negara melakukan gerakan Belajar di Luar Kelas, di antaranya di Inggris, Australia, India, Colombia, Saudi Arabia dan Amerika. Hingga kemarin, OCDay tercatat 3.337.443 anak-anak di 26.589 sekolah di seluruh dunia terlibat dalam OCDay. Sebanyak 806.591 adalah partisipan anak-anak di seluruh Indonesia yang didaftarkan oleh 2.123 kepala sekolah atau madrasah di Indonesia. "Mereka semua merayakan kegembiraan belajar di luar kelas 1 November 2018. Dengan target 1 juta anak ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, yang berasal dari lebih dari 10 ribu satuan pendidikan," tambahnya. Masih menurutnya, pelaksanaan OCDay melalui SRA merupakan salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan anak-anak Indonesia. Dimana salah satu indikator terbentuknya SRA adalah kegiatan belajar di luar kelas. Program SRA membantu mewujudkan kondisi aman, nyaman, serta menjamin pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak, selama anak dalam satuan pendidikan. Sehingga, belajar di luar kelas sangat dibutuhkan untuk menunjang proses belajar ramah anak. "Dengan demikian diharapkan kesehatan mental dan fisik anak-anak kita semakin baik. Membuat mereka semakin banyak melakukan aktivitas yang juga baik untuk tumbuh kembangnya,” jelasnya. Lenny menjelaskan, di Indonesia telah memulai OCDay sejak 2017, yang diawali dengan kerjasama antara Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak dengan Ketua OCDay Global yang berada di London. Pada saat pertama kali berpartispasi, Indonesia menjadi kategori terbaik kedua setelah London. Hal ini tercapai karena jumlah sekolah yang mengikuti dan melaksanakan OCDay di Indonesia semarak dengan berbagai tema. Pada 2018, Indonesia berpartisipasi kembali dengan jumlah SRA sebanyak 11.097 di 236 Kabupaten atau kota di 34 Provinsi yang diikutsertakan. Tahun ini, OCDay dilaksanakan dengan menggunakan konsep yang lebih variatif dari tahun sebelumnya. Terdapat 17 langkah kegiatan dan 10 nilai positif yang akan dilakukan oleh anak-anak dalam durasi waktu 3 jam. Dari 17 langkah kegiatan tersebut, anak-anak diharapkan dapat menerapkan dan berperilaku yang memenuhi 14 unsur, seperti, pembentukan karakter positif, iman dan taqwa. Juga kesehatan, pelestarian permainan tradisional, cinta tanah air, literasi, pengurangan resiko bencana, dan mendorong sekolah ramah anak. "Kampanye global di Indonesia tahun ini serentak dipusatkan di beberapa sekolah yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, yaitu SMAN 2 Tangsel, SDN 2 Bukit Tinggi, SLB Balikpapan, SMA Advent Manado, SDN 2 Lateri Ambon, dan YPK Kristus Jayapura," tuturnya. Sementara itu, Deputi V Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan HAM di Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardhani mengatakan, pelaksanaan OCDay ini selaras dengan amanat yang disampaikan Presiden Joko Widodo agar setiap sekolah melakukan proses pembelajaran di luar kelas lebih banyak dengan persentase 60 persen daripada belajar di dalam kelas. "Ini dimaksudkan agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan, tidak membosankan, sekaligus memberi tantangan yang berbeda bagi anak-anak," ujarnya. Jaleswari menambahkan, tahun 2045 nanti siswa SMA akan memegang tampuk pemerintahan. Artinya 27 tahun lagi adalah bukan hal lama kalau tidak disiapkan dari sekarang. "OCday tahun 2017 kita mendapat peringkat kedua dibawah Inggris," tambahnya. Masih menurutnya, OCDay tersebut bukan hanya sekadar belajar di luar sekolah tapi salah satu perencanaan pendidikan, pendidikan tidak hanya mengaharuskan siswa pintar tapi juga mempersiapkan pemimpin yang berkarakter. "Belajar di dalam kelas itu penting dan di luar kelas juga luar biasa. Kalau bisa 60 persen itu belajar di dalam kelas dan 40 persen di luar untuk belajarnya dari alam dan dari sekeliling kita," tuturnya. Peringatan OCDay yang dilakukan tersebut disambut baik oleh siswa. Seperti yang dikatakan Syasya kelas XII IPS 2, dimana OCDay merupakan kegiata seru yang jarang dilakukan. "OCDay ini juga sebagai refresing bagi siswa dari rutinitas belajar yang padat setaip hari," ujarnya. Pantauan Tangerang Ekspres di lokasi, siswa sejak pukul 07.00 WIB sudah berkumpul di halaman sekolah. Mereka ada yang belajar di halaman, bermain permaianan tradisonal, seperti congklak, bakiak, gobak sodor, enggrang, loncat tali, gasing, bekel dan sebagainya. Bahkan, Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak Lenny N. Rosalin, Deputi V Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan HAM di Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardhani beserta siswa senam bersama yang dipimpin siswa SMAN Kota Tangsel. Dalam peringatan OCDay tersebut, SMAN 2 Tangsel juga mendeklarasikan Sekolah Ramah Anak (SRA). (bud/esa)

Sumber: