Program Budidaya Ikan Tak Maksimal

Program Budidaya Ikan Tak Maksimal

TANGERANG – Program budidaya ikan konsumsi yang dicanangkan Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang perlu dievaluasi. Pada praktiknya di lapangan tak berjalan maksimal. Warga sebagai pengelola yang diberi bantuan tak bisa menjalankan program tersebut. Seperti pengelolan budidaya ikan di Kampung Markisa, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Karawaci. Selama proses pembesaran benih ikan yang diberikan Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang banyak yang tidak mampu bertahan hidup. Penggagas Kampung Markisa, Taufik Romdoni mengakui belum maksimal pengelolaan pembesaran ikan disebabkan karena minimnya pengetahuan yang dimiliki warga. Khususnya menggenai masalah ikan konsumsi. Selain itu, penyebab tidak berkembangnya usaha pembesaran ikan karena tidak adanya monitoring yang dilakukan DKP untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan benih ikan yang diberikan. “Kami mengharapkan ada monitoring dari DKP terkait pertumbuhan dan perkembangan ikan. Sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi kami. Paling tidak sebulan sekali berkunjung ke sini,” tambahnya. Taufik mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab kematian ikan tersebut. “Dari dua ribu ekor benih ikan yang terdiri dari ikan lele dan ikan nila, yang banyak mati ikan lele. Ikan nila justru lebih tahan,” ucapnya kepada Tangerang Ekspres, Jumat (31/8). Kepala Seksi Perikanan, Perternakan dan Kesehatan Hewan pada Dinas Ketahanan Pangan dr Wina Listiana membenarkan, bibit yang diberikan ke Kampung Markisa merupakan program dari DKP. Wina mengatakan, pembinaan terhadap pembudidaya sudah dilakukan di setiap kecamatan. “Setiap kecamatan ada penyuluhnya. Setiap bulannya kami melakukan pendataan dan membina kelompok budidaya,” ucapnya. Wina mengatakan, masalah yang kerap menjadi kendala bagi pembudidaya ikan terdapat pada penggunaan sumber air yang digunakan. Terlebih musim kemarau membuat  sumber air sulit untuk didapatkan. Data yang diperloleh hasil ikan lele di Kota Tangerang perbulannya mencapai 3 ton. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan bibit yang dihasilkan oleh peternak yang hanya mencapai I ton perbulannya. Solusinya Pemkot mengambil benih asal Parung Bogor untuk mencukupi permintaan pasar. Wina mengaku untuk meningkatkan penggetahuan dunia perikanan, petani pun diajak ke Balai Pembudidayaan Air Tawar untuk dijarkan bagaimana cara memijah dan mengembangbiakan ikan dengan baik dan benar. (mg-6)

Sumber: