Mahasiswa Sesalkan Sikap Disbudpar
TANGERANG- Kondisi gedung kesenian yang memprihatinkan terus jadi sorotan. Keprihatinan tidak hanya dirasakan para pelaku seni dan budayawan di Kota Tangerang.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Tangerang Raya, Abdul Muhyi, mengaku prihatin dengan kondisi gedung kesenian Kota Tangerang yang seringkali digunakan untuk pagelaran seni dan budaya, baik tingkat kota atau provinsi.
"Miris ketika kita melihat kejadian seperti itu. Ketika Dewan Kesenian Tangerang (DKT) menggelar kegiatan pelestarian kesenian, pemerintah seolah tak peduli. Padahal, ini merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dalam melestarikan seni dan budaya di Kota Tangerang," ujarnya, Selasa (24/4).
Dikatakan, kondisi gedung yang bobrok seolah tak sejalan dengan program Pemkot sebagai Kota Tangerang yang layak dikunjungi. Oleh karenanya, mereka mengecam Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) supaya membenahi gedung kesenian serta bertanggungjawab melestarikan kesenian dan budaya tradisional Kota Tangerang.
Berdasarkan instruksi Kemendagri No. 5A Tahun 1993, kata Muhyi, pemerintah daerah wajib memfasilitasi segala bentuk kegiatan dalam rangka melestarikan kesenian dan cagar budaya di Kota Tangerang.
Dinas gencar membangun taman-taman di Kota Tangerang dengan tujuan menarik perhatian wisatawan, baik lokal maupun mancanegara supaya mendapat julukan kota layak dikunjungi.
"Nyatanya, gedung kesenian saja tak terurus dan kondisinya memprihatinkan. Padahal, Dewan Kesenian mempunyai peran penting dalam pelestarian seni dan cagar budaya di Kota Tangerang," tuturnya.
HMI meminta Disbudpar bertanggungjawab dalam pelestarian kesenian dan budaya dengan merenovasi atau membuatkan gedung baru kesenian.
"Jangan diabaikan begitu saja. Disbudpar wajib memfasilitasi sarana dan prasarana Dewan Kesenian. Kita juga punya Perda Cagar Budaya guna menjaga dan melestarikan seni dan budaya di Kota Tangerang," tukasnya.
Senada dengan Muhyi, Ketua Himpunan Mahasiswa Banten (HMB), Adhia Muzakki turut prihatin dengan potret gedung kesenian Kota Tangerang.
"Kami sangat prihatin dan miris melihat potret gedung Kesenian Kota Tangerang. Gedung ini dapat menjadi laboratarium yang indah, yang nyaman digunakan untuk pagelaran kesenian dan budaya," imbuhnya.
Terlebih, sambungnya, putra-putri daerah yang merupakan generasi penerus bangsa, melestarikan kesenian dan kebudayaan tradisional di gedung ini. "Seharusnya pemerintah melek terkait masalah ini. Kalau gedung kesenian ini bagus, indah dan nyaman, tentu dapat menjadi salah satu objek wisata yang dapat menarik wisatawan," pungkasnya.
Terakhir, Gedung Kesenian ini digunakan untuk Pagelaran Gerakan Seni Tradisi (Gesit) yang diselenggarakan Dewan Kesenian Banten (DKB) pada Minggu (22/4) lalu. Dinding gedung tersebut tampak bobrok dengan lampu yang redup dan atap plafon terlihat rapuh. Beberapa bagian sudah terkelupas, bahkan keramiknya sudah pecah. (mg-05)
Sumber: