Gedung Kesenian Memprihatinkan
TANGERANG – Gedung kesenian di kawasan Modernland Kelurahan Kelapa Indah, Kecamatan Tangerang, kondisinya sangat memprihatinkan. Tampak dinding bobrok dengan lampu yang redup dan atap plafon terlihat rapuh. Beberapa bagian sudah terkelupas, bahkan keramiknya sudah pecah. Majelis Pertimbangan DKB, Trip Umiuki, menyatakan keprihatinannya terhadap gedung kesenian yang pernah ia kelola bersama seniman lainnya. Ia sedih lantaran gedung kesenian Kota Tangerang ini tampak hancur. "Saya salah satu orang pertama di DKT dan sejak 1978 saya di Tangerang. Jangankan diberi gedung baru, dibenahi saja tidak. Gambarannya, gedung kesenian ini semakin hancur," ujarnya kepada Tangerang Ekspres. Padahal, gedung tersebut kerap dijadikan tempat untuk berbagai pegaleran seni baik latihan maupun event lomba. Salah satunya Pagelaran Gerakan Seni Tradisi (Gesit) yang diselenggarakan Dewan Kesenian Banten (DKB). Akibatnya, setiap pagelaran digelar dengan sarana dan prasarana seadanya. Penontonnya duduk lesehan beralaskan karpet dengan pengeras suara seadanya. Lebih lanjut, Trip mengkritik pejabat pemkot Tangerang yang tak ada seorangpun menghadiri acara tersebut. Padahal, ini merupakan acara berskala provinsi. "Acara ini betul-betul supportnya dari Bank Indonesia Kantor Wilayah Banten, tetapi, biasanya ada support dari Pemda. Aneh sekali di sini tidak ada satupun perwakilan Pemda yang hadr," katanya sambil menggelengkan kepala. Menurutnya, acara Gesit yang didominasi peserta yang masih belia dan generasi penerus bangsa untuk melestarikan seni budaya nusantara ini harus mendapat perhatian dari pemerintah. "Ini aneh sekali, anak-anak kecil ini aset masa depan kita. Mereka ini tanpa dibayar berbuat sesuatu bagi negerinya, setidaknya untuk kotanya," imbuhnya. Lebih lanjut ia merasa heran dengan pemkot yang dinilai tidak memperhatikan kesenian di Kota Tangerang. "Mereka-mereka ini hanya kurang diberi ruang, acara kesenian ini tingkat Provinsi, didakan oleh DKB bersama BI kanwil Banten. Gedungnya ini atapnya rusak, lampunya juga redup. Sarana dan prasarana untuk seni tradisional di Kota Tangerang sangat kurang diperhatikan," paparnya. Padahal, kata Trip, para seniman sudah cukup puas apabila diberi atensi oleh pemerintah. "Diberikan perhatian saja itu luar biasa kita senang sekali, apalagi diberikan sarana dan prasana," tukasnya. Senada dengan Trip, Ketua DKT, Sudjarwo mengungkapkan, pembinaan untuk seni budaya tradisional sangat minim. Bukan hanya di tingkat kota dan provinsi, bahkan tingkat Nasional pun demikian. "Miris, beberapa waktu lalu saya mengikuti sebuah kegiatan tingkat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diketahui dana pembinaan untuk seni budaya hanya satu persen dari APBN, dengan begitu tentu akan menular pada daerah-daerah baik provinsi maupun kabupaten atau kota," katanya. Pemkot, kata Sudjarwo, pernah menjanjikan akan membangun gedung kesenian baru. Namun, hingga kini tak ada kejelasan. "Waktu itu sudah dibuat gambaran gedung dan anggarannya. Tetapi, lokasinya tidak diizinkan oleh Kemenkumham. Karena tanahnya milik Kemenkumham. Setelah itu entah bagaimana kebijakan dari pemerintah, kita belum tahu sampai sekarang apakah akan dibuatkan gedung baru atau direnovasi," terangnya. Akibat gedung yang rusak berat ini, lanjut Sudjarwo, kegiatan yang diadakan tidak dapat berjalan maksimal. Padahal, gedung kesenian dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, serta sebagai sarana untuk menarik wisatawan untuk melihat kesenian tradisional Kota Tangerang. "Gedungnya ini sudah rusak berat dan teman-teman seniman turut prihatin. Kegiatan di gedung ini kan bukan hanya kesenian semata tapi bisa bermanfaat untuk aspek lain seperti sosial, ekonomi, wisata hingga pendidikan. Tentu kita berharap dukungan dari pemkot, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk melestarikan budaya serta menarik wisatawan," papar Sudjarwo. Setelah bejuang selama tiga tahun belakangan, informasi terakhir yang diterima DKT, kata Sudjarwo, pemkot berjanji akan secepatnya merehabilitasi gedung kesenian ini pada akhir tahun 2017 lalu. Namun, hingga kini simpang-siur tanpa kejelasan. "Bulan Januari 2018 kami tanya ke Dinas Perkim yang berkaitan dengan pembangunan dan kami mendapat jawaban bahwa mereka sedang ditugaskan mencari lahan untuk membangun gedung kesenian. Tetapi sebelumnya pemkot akan merehabilitasi, jadi sampai sekarang kami tidak mendapat kejelasan," keluhnya. Selain itu, kata Sudjarwo, DKT tidak pernah menerima subsidi bantuan bangunan gedung maupun dana hibah dari pemkot. "DKT ini sudah 3 tahun tidak mendapatkan subsidi sama sekali karena terkendala Permendagri nomor 14 tahun 2016 tentang Hibah yang mengatakan bahwa organisasi atau lembaga yang bisa diberikan hibah itu hanya yang sudah terdaftar di Kemenkumham sekurang-kurangnya selama 3 tahun," ungkapnya. Oleh karena itu, DKT sendiri segera melengkapi persyaratan administrasi dan telah diserahkan pada 2016. "Karena terbentur Permendagri tersebut, kami berusaha berjalan sebisa mungkin dengan menggalang dana dari kelompok-kelompok sanggar seni sesuai tingkat kemampuan masing-masing," tuturnya. Kendati demikian, ia optimis dan yakin gedung kebudayaan ini bisa menjadi salah satu ikon yang merepresentasikan Kota Tangerang sebagai kota yang layak dikunjungi untuk wisata dan kebudayaannya. "Teman-teman ini sebenarnya sudah capek dengan masalah gedung yang sudah kita ajukan sekitar 3 tahun. Kita optimis dengan kebijakan pemkot waktu itu, dan kami yakin gedung kesenian ini bisa menjadi ikon representatif Kota Tangerang," pungkasnya. (mg-05)
Sumber: