Tigaraksa Diguyur Hujan Es

Tigaraksa Diguyur Hujan Es

TIGARAKSA – Fenomena hujan es melanda wilayah Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang Selasa (20/3) sore. Hujan es ini sempat disertai angin kencang dan petir. Pengendali Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang Ahmad Mahfud mengatakan, insiden itu terjadi sekitar pukul 16.30 WIB. Pohon tumbang yang menimpa salah satu warung terjadi di Kampung Ciatuy, RT 02/05, Desa Sodong. Kemudian, empat rumah di Desa Tapos diterpa angin kencang. “Hanya saja, penanganan hujan es tidak dilakukan karena cair sendiri, kecuali kalau ada korban. Pohon yang tumbang sudah ditangani, BPBD bekerja sama dengan warga setempat sehingga cepat,” kata pria yang akrab disapa Edo itu. Edo menambahkan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. BPBD masih melakukan pendataan terhadap warga yang menjadi korban puting beliung. Sebab hingga pukul 22.00 WIB, masih ada satu pemilik rumah yang namanya belum diketahui, karena tidak ada orang di rumah tersebut. “Untuk penyaluran bantuan logistik tentu ada, namun harus ada laporan tertulis dari pihak desa yang diketahui camat setempat,” tandas Edo. Kabag Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko menyebut, hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Biasanya hujan es, disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat. Hujan es itu lebih banyak terjadi pada masa transisi musim. Baik dari musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya. "Ada indikasi terjadinya hujan es yaitu satu hari sebelumnya, udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Dikarenakan adanya radiasi matahari yang cukup kuat," kata Hary, Selasa (20/3). Dari pantauan BMKG, hujan es itu tak hanya terjadi di Kabupaten Tangerang. Tapi juga terdapat di Depok. Lebih jauh dijelaskan Harry, pada pukul 10.00 pagi biasanya terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis). Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu yang menjulang tinggi seperti bunga kol. “Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cumulonimbus,” jelasnya. Selanjutnya, indikasi yang mengikuti di sekitar tempat berdiri, pepohonan, dahan dan ranting mulai bergoyang cepat. Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat yang kita pijak. “Biasanya hujan yang pertama kali turun dalam fenomena ini adalah hujan deras yang tiba-tiba. Apabila hujannya gerimis, maka kejadian angin kencang akan jauh dari tempat kita,” ujar Hary. Perlu diketahui, jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi atau penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun, akan diikuti angin kencang. Di tempat lain, Nufi Wiyarni (31), salah seorang warga Parungpanjang, Kabupaten Bogor menyebut Selasa sore terdapat hujan deras di rumahnya. Ketika itu hujan sangat deras dan disertai angin kencang. Saat dilihat dari jatuhan hujannya, ada bongkahan es. “Tadi itu ada hujan deras. Sampai-sampai bunyi di atap sangat keras seperti ditimpa batu,” ungkapnya kepada JawaPos.com. Hujan yang begitu deras pun berdampak pada aliran listrik. Listrik di wilayah Parungpanjang sempat padam. (mg-03/jpc/bha)

Sumber: