Saatnya Pesantren Kelola Kemandirian Ekonomi Sendiri

Bangunan Pondok Pesantren Annuqtoh di bilangan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.(Abdul Aziz/Tangerang Ekspres)--
TANGERANGEKSPRES.ID, BANTEN — Memperingati Hari Santri 2025, Sulaiman Effendi Presedium FSPP Provinsi Banten yang juga Pengasuh pondok pesantren Manahijussadat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten menyoroti perkembangan kemandirian ekonomi pesantren yang harus segera dilakukan oleh pondok pesantren (Ponpes). Sehingga tidak lagi bergantung pada bantuan pemerintah maupun bantuan eksternal lainnya.
Menurutnya, pesantren kini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga menjadi pusat pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, yang memberikan manfaat langsung kepada para santri dan masyarakat.
“Pengembangan kemandirian ekonomi pesantren yang langsung dikelola oleh pesantren, mulai dari usaha pertanian, peternakan, hingga perdagangan. Semua ini bertujuan untuk mendukung operasional pesantren dan meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan santri,” kata Sulaiman Effendi kepada Tangerang Ekspres, Selasa (21/10).
Ia menjelaskan, bahwa kemandirian ekonomi pesantren bukan sekadar mengurangi ketergantungan pada bantuan eksternal, tetapi juga memberikan pendidikan praktis kepada santri. Dengan terlibat langsung dalam berbagai kegiatan ekonomi, santri tidak hanya mempelajari ilmu agama, tetapi juga keterampilan berwirausaha yang penting untuk bekal di masa depan.
“Kami di Pesantren Manahijussadat terus belajar tentang kemandirian ekonomi pesantren agar mampu mengelola bisnisnya sendiri. Para santri dilibatkan dalam berbagai proses, mulai dari perencanaan hingga operasional. Ini bukan hanya soal menghasilkan keuntungan, tetapi juga memberikan edukasi tentang manajemen bisnis kepada para santri,” katanya.
Dalam semangat Hari Santri, ia menegaskan pentingnya penguatan sektor ekonomi di pesantren. Sehingga bisa lepas dari ketergantungan bantuan pemerintah.“Santri bukan hanya penerus ajaran agama, tetapi juga agen perubahan yang harus siap menghadapi tantangan zaman. Dengan kemandirian ekonomi, mereka bisa lebih percaya diri dan mandiri ketika terjun di masyarakat,” tuturnya.
Menurutnya, pesantren saat ini telah bertransformasi, tidak hanya sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai basis ekonomi yang kuat, memberi manfaat langsung bagi santri, pesantren, dan masyarakat luas.”Untuk itu penting legalitas pesantren, sehingga dalam proses membuat usaha atau koperasi pesantren tidak terganjal akibat legalitas pesantren yang belum diurus secara resmi,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Tangerang, Saiful Bahri, menyampaikan momentum Hari Santri tahun 2025 ini menjadi ajang muhasabah atas peristiwa yang menimpa Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Bangunan Ponpes Al Khoziny roboh. Sebanyak 63 santri meninggal dunia dan puluhan lainnya luka berat. Peristiwa itu menjadi perhatian seluruh pihak serta menjadi pelajaran bagi pengurus ponpes khususnya di Kota Tangerang.
”Peristiwa robohnya bangunan Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo itu menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pengurus pondok pesantren di Indonesia, khususnya di Kota Tangerang, agar lebih memperhatikan keamanan bangunan di lingkungan pesantren,” ungkap Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Tangerang, Saiful Bahri, Selasa, (21/10).
Menurut Saiful Bahri, secara umum bangunan pondok pesantren di Kota Tangerang saat ini sudah tergolong kokoh dan memenuhi standar konstruksi.“Mayoritas bangunan pesantren di Kota Tangerang sudah permanen dan kokoh,” ujar Saiful Bahri.
Meski demikian, FSPP tetap mengimbau seluruh pengurus pesantren untuk melakukan pengecekan rutin terhadap kondisi bangunan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Terlebih pada kontruksi bangunan yang sudah lama.“Kami sudah menyampaikan agar seluruh pengurus pesantren lebih waspada dan memastikan keamanan lingkungan, supaya kejadian serupa tidak terjadi di Kota Tangerang,” tegasnya.
FSPP berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah melalui instansi terkait guna memastikan keamanan serta kenyamanan kegiatan belajar-mengajar di lingkungan pesantren.
Saiful Bahri menuturkan, masa berduka atas peristiwa robohnya bangunan Musala Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo belum selesai, cobaan terhadap lingkungan pondok pesantren datang bertubi-tubi, yaitu perundungan dan fitnah pengurus pondok pesantren.
Pada momentum Hari Santri Tahun 2025, Syaiful Bahri mengajak seluruh santri dan elemen pesantren menjadikan rangkaian ujian ini sebagai bahan introspeksi diri.“Musibah ini bukan sekadar duka. Ini peringatan agar kita bermuhasabah. Mengoreksi diri. Menata kembali akhlak, tata kelola, dan persatuan kita ke depan,” tegasnya.
Sumber: