2026, Pemkot Tangsel Target Nol Persen Stunting

humas Pemkot tangsel For Tangerang Ekspres Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan (tengah) memberikan sambutan saat publikasi stunting Kota Tangsel di Aula Blandongan, Jumat 12 September 2025. -(Humas For Tangerang Ekspres)-
TANGERANGEKSPRES.ID, CIPUTAT — Pemkot Tangsel menargetkan nol persen stunting pada 2026. Untuk mencapai target itu, Pemkot terus berupaya menekan angka kasus stunting atau gagal tumbuh akibat kurang gizi kronis pada balita.
Diketahui, angka stunting di Kota Tangsel berhasil turun dari 19,9 persen menjadi 9 persen pada 2022. Namun, angkanya kembali naik menjadi 9,2 persen beberapa waktu lalu.
Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan mengayakan, pihaknya menargetkan angka stunting dapat terus ditekan hingga mendekati nol pada 2026. Ia menegaskan, target tersebut harus dicapai dengan kerja nyata, bukan hanya laporan administratif.
“Kalau tahun depan kita masih menemukan kasus baru, artinya kita abai. Kita harus buktikan Tangsel bisa keluar dari radar isu stunting. Sebagai kota maju, masalah ini seharusnya sudah selesai,” ujarnya saat membuka acara publikasi stunting Kota Tangsel di Aula Blandongan, Jumat, 12 September 2025.
Pilar menambahkan, penanganan stunting di wilayahnya tidak boleh hanya menjadi urusan satu dinas saja namun, menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat dan pemerintah sampai ke tingkat RT dan RW.
”Jadi harus sama-sama menangani masalah stunting dan tidak ada lagi ego sektoral, misal saya dari Pemkot Tangsel, saya dari dinas kesehatan, saya dari dinas perempuan dan anak, saya dari organisasi ini itu, tidak ada yang seperti itu. Penanganan stunting harusnya satu tim, kita solid semua hingga lurah dan camat harus bisa bergerak untuk menangani masalah stunting,” tambahnya.
Pilar menambahkan, lurah dan camat beserta RT dan RW harus lebih proaktif dalam memantau kondisi warganya, terutama kepada balita dan ibu hamil.
Selain itu, Dinas Kesehatan bersama perangkat daerah lain juga diminta untuk memperkuat koordinasi melalui forum diskusi rutin dengan stakeholder-stakeholder terkait.
Pasalnya, stunting erat kaitannya dengan kondisi ekonomi keluarga. Sehingga solusi tidak hanya berupa intervensi kesehatan tapi, juga pemberdayaan ekonomi masyarakat agar keluarga mampu memenuhi kebutuhan gizi anak.
”Stunting ini adalah masalah serius, bukan sekadar angka penilaian. Jangan sampai ada keluarga di Tangsel yang tertinggal hanya karena masalah gizi. Penanganannya harus sejak dari ibu hamil, karena kualitas gizi anak ditentukan sejak dalam kandungan,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dalam waktu lama, sehingga masalah ini dapat dicegah jika intervensi dilakukan sejak dini dan menyeluruh.
“Penanganan stunting tidak cukup hanya dengan pemberian makanan tambahan, tetapi perlu pendekatan lintas sektor dan edukasi berkelanjutan dengan berbagai program yang sudah kita jalankan saat ini,” ujarnya.
Allin menambahkan, berbagai faktor risiko seperti kurangnya energi kronis pada ibu hamil, anemia, pola makan tidak seimbang, paparan asap rokok, urbanisasi penduduk dan pemahaman yang rendah terhadap penyebab stunting.
”Kami menggerakkan 35 program terpadu, termasuk kunjungan rumah oleh tim Ngiler Sehat, pembentukan pos gizi di tiap kelurahan, hingga pelatihan menyusui dan pemantauan tumbuh kembang balita untuk tenaga kesehatan, guru dan kader,” tambahnya.
Sumber: