BMKG Ingatkan Potensi Megathrust, Gempa Mengintai Selat Sunda
Pantai Selatan yang eksotis namun memiliki ombak tinggi dan ganas, Kamis 30 Oktober 2025. (AHMAD FADILAH/TANGERANG EKSPRES)--
TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat Banten agar tetap waspada potensi gempa besar zona megathrust. Khususnya bagi warga di wilayah Selatn Sunda.
Kawasan Selat Sunda, disebut para ahli sebagai seismic gap atau “kosong gempa”. Yaitu, area yang secara geologi aktif namun, sudah lama tidak mengalami gempa besar.
Kepala Stasiun Geofisika Tangerang, Margiono, menjelaskan bahwa sejumlah penelitian menunjukkan zona megathrust Indonesia, memiliki potensi gempa besar. Termasuk, wilayah perairan Selat Sunda.
“Daerah seismic gap itu hening secara seismik. Artinya, aktif secara geologi tetapi sudah sangat lama tidak terjadi gempa besar. Energi yang tersimpan di dalam lapisan bumi bisa saja dilepaskan sewaktu-waktu. Tapi, kapan tepatnya tidak bisa diprediksi,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Kamis (30/10).
Margiono menambahkan, wilayah pesisir Banten seperti Cilegon, Anyer, hingga pantai selatan Lebak termasuk dalam jalur megathrust yang berpotensi terdampak jika terjadi pergerakan besar di dasar laut. Namun, ia menegaskan, hingga kini belum ada tanda-tanda signifikan aktivitas seismik yang mengarah pada gempa besar.
“Sampai saat ini, aktivitas yang tercatat masih berskala kecil dan tidak berdampak merusak. BMKG terus memantau kondisi ini secara real-time. Jadi, masyarakat diimbau tetap tenang, tapi tetap waspada,” katanya.
Lebak Siagakan Desa Tangguh Bencana
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak, Febby Rizky Pratama, menegaskan bahwa ancaman megathrust bukan hal baru bagi daerahnya. Menurutnya, wilayah selatan Lebak yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia termasuk dalam zona rawan gempa dan tsunami.
“Sudah sering disampaikan, potensi megathrust di Selat Sunda itu nyata. BMKG juga sudah memprediksi potensi tinggi. Hanya saja, waktunya tidak bisa diketahui,” ujarnya.
BPBD Lebak mencatat ada enam kecamatan pesisir yang berpotensi terdampak jika skenario gempa megathrust disertai tsunami terjadi. Untuk meminimalkan risiko, pihaknya telah membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) di sejumlah wilayah pesisir.
“Warga pesisir selatan sudah membentuk Destana, dilatih dan disimulasikan bagaimana evakuasi jika terjadi gempa besar hingga tsunami. Kami juga telah memasang lebih dari 120 jalur dan petunjuk evakuasi,” jelas Febby.
Langkah ini, lanjutnya, sejalan dengan program Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar masyarakat mampu memitigasi potensi bencana besar tanpa menimbulkan korban jiwa.
“Kami terus melakukan edukasi dan sosialisasi agar warga memahami langkah penyelamatan. Prinsipnya, tetap waspada tanpa panik,” tegasnya.
Sumber: