UMKM Harus Jadi Pemasok MBG, Menteri UMKM Kunjungi Suplier Program MBG di Pamulang

UMKM Harus Jadi Pemasok MBG, Menteri UMKM Kunjungi Suplier Program MBG di Pamulang

Menteri UMKM Maman Abdurahman didampingi Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie memotong wortel saat meninjau pemasok sayuran dapur MBG di Pamulang Barat, Selasa, 29 Juli 2025.- (Miladi Ahmad/Tangerang Ekspres)-

“Penyerapan tenaga kerja dari program ini luar biasa, dari 1 suplier mensuplai sa­yuran yang sudah dipotong itu melibatkan 15 pekerja se­kitarnya. Artinya efeknya terhadap penyerapan tenaga kerja luar biasa,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan, pro­gram MBG adalah investasi terbesar untuk sumber daya manusia (SDM) masa depan Indonseia dan dikemas dalam bentuk ekosistem.

“Salah satunya ada SPPG, kedua adalah tempat perte­muan antara suplier dan mem­beli (BGN). Ada 3.500 penerima manfaat tiap hari, sehingga ada 3.500 kebutuhan telur per hari, lele juga demi­kian,” ujarnya.

Dadan menambahkan, se­tiap SPPG mempekerjakan sekitar 50 orang dan diseluruh Indonesia telah terbentu 2.391 SPPG dan sudah menyerap 94.000 tenaga kerja yang be­kerja di SPPG.

“Belum yqng bekerja di sup­lier karena, 1 SPPG membu­tuhkan 15 suplier, 1 suplier mempekerjakan 5-15 pekerja,” tambahnya.

“Di Kota Tangsel membu­tuhkan 169 SPPG dan bisa kita hitung kalau 1 SPPG butuh 3.500 telur per hari. Dan dana yang masuk ke 1 SPPG Rp10 miliar per tahun. Kalau 169 SPPG itu hampir Rp2 trilun uang BGN masuk ke Tangsel dan 85 persen untuk membeli bahan baku, sehingga dampak ekonomi akan muncul,” jelas­nya.

Dadan mengaku, BGN sudah melayani 7,5 juta siswa dise­luruh Indonesia. Bagi Indo­nesia ini baru 9 persen karena populasi penduduk Indonesia besar 285 juta dan yang diberi target 82 juta. 

“Jadi sepertiga penduduk Indonesia kita beri makan dan sekarang baru 7,5 juta. Kalau nanti sudah 82,9 juta penerima manfaat maka setiap hari perlu 82,9 juta ekor lele dan 5.000 ton telur, 100 juta ekor ayam,” jelasnya.

Dadan mengaku, syarat men­jadi suplier tentu pro­duknya harus berkualitas, pro­duknya berkelanjutan ka­rena kebutuhanta setiap hari lantaran program tersebut dikemas tiap hari. 

“Untuk menjadi suplier lang­sung berhubungan de­ngan SPPG masing-masing. Kalau untuk menjadi mitra badan gizi membentuk SPPBG harus daftar di portal mitra.bgn.go.id. kalau jadi suplier sih be to be dan itu mekanisme bisnis, yang penting kualitas dan kuantitas,” tuturnya.

Terkait kualitas, komuditas yang disuplai oleh UMKM saat ini sudah sesuai standar BGN. Contoh ukuran pisang dan ikan lele yang dikirim ukurannya ada ketentuannya.

“1 SPPG ditempatkan 1 ahli gizi karena bagaimana kita ingin mengembangkan menu berbasis potensi sumber daya lokal dan kesukaan masyarakat lokal. Sampai saat ini ada ri­buan pelaku usaha yang ter­libat dengan BGN, yakni sup­lier ada 551 koperasi 149 BUMDes, 80 BUMDesma, 3.084 UMKM, dan 2.324 suplier lainnya. Jadi juaranya UMKM,” tutupnya.

Di tempat yang sama, Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, wilayahnya me­mang membutuhkan dapur MBG yang cukup banyak.

“Sekarang baru ada 14 dapur MBG yang harus melayani 157 SD negeri, 25 SMPN dan swastanya hampir dua kali lipat,” ujarnya.

Pria yang biasa disapa Pak Ben tersebut menambahkan, kebutuhan dapur MBG di Ko­ta Tangsel sejatinya sampai 71 dapur dan itu tentu menjadi tantangan bagi Pemkot Tangsel untuk mendirikan dapur.

Sumber: