Dindik Minta Tangungjawab, SMPN 21 Hujan Debu Proyek Tol Kunciran

Dindik Minta Tangungjawab, SMPN 21 Hujan Debu Proyek Tol Kunciran

TANGERANG – Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Tangerang akhirnya turun tangan mengatasi SMPN 21 yang terdampak proyek pembangunan Tol Kunciran-Bandara. Hampir tiap hari, sekolah tersebut dihujani debu proyek yang mengganggu aktivitas belajar dan mengajar. Kepala Dindik Kota Tangerang Masyati Yulia bersama Camat Benda Teddy Roestandi dan Pelaksana Harian (Plh) Kepala Sekolah SMPN 21 Kota Tangerang Sarnoto menemui perwakilan kontraktor tol, Selasa (16/7/). Dindik meminta pelaksana proyek bertanggungjawab terhadap sekolah yang terkena dampak pembangunan. Dalam pertemuan tersebut, pengembang tol menyatakan siap bertanggung jawab penuh terhadap dampak dari pembangunan tol mulai dari akses jalan hingga debu yang mengganggu. "Iya pihak JORR akan bertanggungjawab penuh," tegas Masyati. Ia melanjutkan, terkait jalan menuju gerbang sekolah akan dibuka akses baru. Sedangkan akses lama akan ditutup. Pelaksana proyek juga berjanji akan membangun gerbang baru yang akses jalannya sudah dicor. "Jadi nanti tidak lagi lewat akses jalan yang lama karena sudah ditutup. Akses jalan yang baru tidak boleh ada kendaraan proyek yang lewat, jadi khusus untuk siswa, sehingga aman," imbuhnya. Masyati mengungkapkan, pihak JORR juga akan melakukan penyiraman di lokasi tumpukan tanah sebanyak 3-4 kali sehari agar debu tidak terbawa angin masuk area sekolah. Pihak JORR juga akan memberikan kurang lebih 2.000 masker gratis untuk digunakan siswa dan tenaga pengajar di SMPN 21. Perlu diketahui, siswa baru yang bersekolah di SMPN 21 harus membersihkan ruang kelas akibat debu yang menumpuk di setiap kelas. Hal itu dikarenakan tanah merah bekas pengerjaan jalan tol terbawa angin dan masuk ke lingkungan sekolah dan ruang kelas. Selain itu, siswa yang datang ke sekolah harus menahan gatal akibat debu yang masuk ke mata. Febriyanti, siswa SMPN 21 kelas 8 mengaku saat masuk dari pintu gerbang ia menutup wajahnya dengan kerudung. Karena jika tidak debu masuk kemata dan membuat gatal. "Turun dari motor mata saya kemasukan debu, gatal sekali. Akhirnya saya masuk dari gerbang ke kelas, wajah saya ditutupi dengan kerudung,"ujarnya. Febri menambahkan, dirinya juga harus menyapu ruang kelas bersama teman-temannya. Karena sudah lama tidak digunakan, ruang kelas debunya menebal hingga ke meja dan kursi. Hal itu harus dilakukan dirinya setiap hari agar nyaman pada saat belajar. "Kita sampai kelas sebelum belajar selalu kerja bakti, untuk membersihkan debu yang ada di kelas. Itu selalu kami lakukan, kalau dibiarkan maka debunya membuat seragam kotor,"paparnya. Sementara itu, Plh Kepala Sekolah SMPN 21 Kota Tangerang Sarnoto mengatakan, pengembang sudah menyemprot tanah-tanah pembangunan tol yang ada disekitar sekolah. Tetapi, walaupun debu sudah disiram masih akan ada karena angin yang mengarah ke sekolah membawa debu dari tempat lain. "Sejak ramai diberitakan oleh teman media, pengembang sejak minggu sore  sudah menyiram tanah merah yang dekat gedung sekolah. Saya sebenarnya kasihan dengan anak-anak murid, baru sampai mereka harus membersihkan ruang kelas mereka agar tidak kotor dari debu. Tetapi mau bagaiamana lagi,"ungkapnya. Sarnoto menuturkan, dirinya berencana melayangkan surat permohonan pemberian masker untuk anak muridnya. Surat tersebut akan dilayangkan ke Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan pihak pengambang jalan tol. "Kita akan melayangkan surat untuk pengadaan masker, hal itu untuk mengantisipasi agar anak didik saya tidak terkena penyakit pernapasan akibat debu proyek ini. Saya akan mewajibkan anak didik saya menggunakan masker selama mengikuti kegiatan belajar mengajar,"tutupnya. (mg-9)

Sumber: