Man. City vs Leicester City (1-0), Iheanacho Jadi Kambing Hitam
KESERUAN perebutan tahta Liga Primer Inggris terus berlangsung hingga matchweek 38 atau pekan terakhir. Kemenangan 1-0 Manchester City atas tamunya Leicester City kemarin (7/5) di Etihad Stadium membuat The Citizens memuncaki klasemen dengan keunggulan satu angka di depan Liverpool (95-94). Tiga poin City lahir oleh tendangan keras sang kapten Vincent Kompany di menit ke-70. Sebelum gol Vinnie, sapaan Vincent Kompany, City sudah menghasilkan empat shots on target dan sembilan shots off target. Hanya saja kemenangan City ini membuat Kopites (julukan suporter Liverpool) melepaskan tudingan kepada salah satu pemain Leicester Kelechi Iheanacho membantu kemenangan City. Mereka ramai-ramai menyebut Iheanacho sebagai agen mata-mata City. Pasalnya setelah tertinggal satu gol, The Foxs, julukan Leicester, punya peluang emas menyamakan kedudukan. Momen itu datang di menit 87 saat Iheanacho mendapat umpan ketika dia berlari masuk ke dalam kotak penalti. Dalam posisi bebas dan tinggal berhadapan dengan Ederson Moraes, tendangan Iheanacho meleceng jauh dari sasaran. Atas kejadian itu muncul tudingan kalau Iheanacho sengaja menembak ke arah samping. Tudingan sebagai mata-mata muncul karena pemain depan asal Nigeria itu pernah mempekuat City dan bahkan dilatih langsung oleh Josep Guardiola. Brendan Rodgers Pelatih Leicester City bahkan tak habis pikir kalau Iheanacho gagal melesakkan bola. "Dia harusnya mencetak gol. Saya langsung bilang ke dia setelah laga. Pada laga besar tak banyak momen seperti itu," ungkap Rodgers setelah laga dilansir Sportskeeda. Sedang pelatih City Pep Guardiola kepada ESPN berkata tiga poin atas The Foxes itu sekaligus membalas kekalahan 1-2 pada matchweek 19 (26/12) lalu. Dan tiga poin lagi masih harus dicari di matchweek 38 saat melawat ke markas Brighton & Hove Albion (12/5). "Pertandingan pamungkas akan sama sulitnya dengan yang kami jalani hari ini (kemarin, red.). Kami bermain di kandang lawan dan kami menyaksikan Brighton bermain solid melawan Arsenal di Emirates Stadium,” tutur Guardiola. Pelatih yang sudah memberikan empat gelar dalam tiga musimnya di City itu pun sudah menganalisis apakah The Seagulls akan bermain bertahan atau malah menyerang habis-habisan di laga kandang pamungkasnya. "Hasil musim ini, juara atau tidak, ada di tangan kami sendiri. Baik kami ataupun Liverpool sama-sama melakoni laga yang sulit namun saya berharap kami akan punya penampilan jadi juara,” ucap Guardiola. City lebih diunggulkan menjadi juara atas Liverpool karena performa strabilnya. Dalam 13 matchweek terakhir City tak sekalipun kehilangan poin. Sebaliknya dalam periode yang sama Liverpool membuat enam poin karena hanya meraup sepuluh menang dan tiga kali seri. Lalu hal lain yang mendukung jika Guardiola lebih stabil adalah sejak menjadi arsitek City 2016-2017, Guardiola tak pernah kehilangan poin di laga pamungkasnya. Sedangkan Juergen Klopp yang datang semusim lebih awal dari Guardiola, yakni 2015-2016, pernah gagal menang di matchweek pamungkasnya. Apa yang dialami City dan Guardiola ini menapak tilasi yang dijalani City dan pelatihnya saat itu Roberto Mancini. Bedanya jika musim 2011-2012 seteru City adalah tetangganya Manchester United. Maka musim 2018-2019 adalah Liverpool. Tujuh tahun yang lalu City jadi juara dengan keunggulan agregat gol atas United. City punya surplus 64 gol sementara United 56 gol. Namun keduanya mengumpulkan poin yang sama yakni 89 poin. Kepastian juara City sendiri datang di injury time berkat dua gol Edin Cdzeko (90+2') dan Sergio Aguero (90+4'). City menang 3-2 atas Queens Park Rangers di matchweek 38. (jpg/apw)
Sumber: