Orang Tua Siswa Al Izzah Tolak MBG

Audiensi yang digelar Pemerintah Kota Serang bersama orang tua siswa dan pihak Yayasan SIT Al Izzah membahas polemik pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Senin (29/9). (ALDI ALPIAN INDRA/TANGERANG EKSPRES)--
TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Penolakan terhadap Program Makan Bergizi Gratis (MBG) muncul dalam audiensi yang digelar Pemerintah Kota Serang bersama orang tua siswa dan pihak Yayasan Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Izzah di Puspemkot Serang, Senin (29/9).
Dalam pertemuan tersebut, sejumlah wali murid menyatakan keberatan program MBG dilaksanakan di lingkungan sekolah mereka.
Diketahui sebelumnya, Al Izzah telah menyiapkan dapur mandiri untuk penyediaan MBG siswa untuk dijadikan SPPG (Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi). Dapur tersebut dikelola langsung oleh pihak sekolah dan menjadi salah satu fasilitas yang dipersoalkan orang tua murid saat program MBG dari pemerintah hendak masuk ke yayasan.
Orang tua siswa menilai keberadaan dapur MBG di dalam sekolah berpotensi menimbulkan risiko keselamatan, menambah masalah sampah dan keamanan, serta dinilai tidak tepat sasaran karena siswa Al Izzah dianggap berasal dari keluarga yang mampu.
Perwakilan wali murid, Baim Aji, menegaskan bahwa pihaknya bukan menolak program MBG secara keseluruhan, melainkan keberadaan dapur serta distribusinya di dalam area yayasan. Menurutnya, hal itu justru bisa mengganggu kenyamanan dan membahayakan anak-anak.
“Kami wali murid tidak menolak program MBG, tapi sebaiknya tempatnya jangan di area yayasan. Silakan saja dilakukan di luar sekolah. Kami sudah membayar SPP dan biaya masuk yang cukup besar, sampai belasan juta. Kalau sudah mampu membiayai itu, kenapa harus ada MBG masuk ke dalam sekolah?” ujarnya.
Baim menambahkan, selain menolak keberadaan dapur MBG, wali murid juga keberatan jika makanan bergizi itu tetap dibagikan kepada siswa Al Izzah. Menurut mereka, masih banyak anak sekolah lain di Kota Serang yang lebih membutuhkan program tersebut. Karena menurut ia para siswa yang bersekolah di Yayasan Al Izzah merupakan siswa yang mayoritas mampu.
“Resikonya, anak-anak harus keluar area sekolah karena kantin dan fasilitas jadi makin sempit. Lalu lalang kendaraan juga menambah risiko kecelakaan. Kalau terjadi sesuatu, siapa yang bertanggung jawab? Itu yang kami khawatirkan. Selain itu, ada juga potensi masalah sampah dan keamanan,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa sejak awal Wali Kota Serang telah memberikan dukungan terhadap penolakan wali murid. “Ya, dari awal Wali Kota sudah mendukung penolakan ini. Tapi mungkin ada hal lain di belakangnya,” katanya.
Meski pihak yayasan menawarkan potongan SPP sebesar Rp150 ribu per bulan atau setara Rp7.100 per porsi apabila program berjalan, wali murid menegaskan hal itu bukan solusi.
“Iya, sempat disebut ada potongan SPP sekitar Rp150 ribu per bulan. Tapi bagi kami itu bukan solusi. Tetap saja kami menolak,” tegas Baim.
Menanggapi penolakan tersebut, Sekretaris Yayasan Al Izzah, Wawan Mulyana, menyatakan bahwa sikap yayasan tetap berpedoman pada kebijakan Dewan Pembina. Ia menjelaskan, yayasan hanya bertugas sebagai pelaksana teknis dari keputusan yang sudah ditetapkan.
“Kalau sikap yayasan, karena kita memang punya atasan yaitu Dewan Pembina, kita akan berkoordinasi dengan Dewan Pembina terlebih dahulu. Karena di yayasan itu sifatnya adalah pelaksana teknis, jadi kita mengawal kebijakan dari Dewan Pembina,” ujarnya.
Wawan menambahkan, saat ini program MBG di Al Izzah juga belum berjalan. Pihak sekolah baru menyiapkan dapur yang telah diverifikasi oleh Badan Gizi Nasional (BGN) serta menunjuk kepala dapur yang dikirim langsung oleh lembaga tersebut.
Sumber: