BJB OKTOBER 2025

Badak Jawa Terancam Punah

Badak Jawa Terancam Punah

Kepala Balai Besar TNUK, Ardi Andono saat mensosialisasikan Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa TNUK di Hotel Aston, Kota Serang, Senin (13/10). (SYIROJUL UMAM/TANGERANG EKSPRES)--

TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Badak Jawa teran­cam punah. Balai Besar TNUK akan memindahkan (trans­lokasi) dua Badak Jawa dengan genetik terbaik dari habitat liarnya ke kawasan konservasi khusus Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) yang masih berada di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Hal itu dilakukan sebagai langkah konservasi atau penyelamatan dan pe­ngem­bangbiakan Badak Jawa. 

Kepala Balai Besar TNUK, Ardi Andono mengatakan, operasi translokasi yang dinamakan operasi Merah Putih ini akan memindahkan dua badak Jawa terbaik secara genetik, yakni Musofa (jantan, haplotip 1) dan Desi (betina, haplotip 2).

"Yang jumlahnya berkurang, itu adalah haplotip 2. Maka haplotip 2 ini yang diper­ba­nyak. Nanti anakannya hasil dari perkawinan ini, kita kem­balikan ke alam untuk mem­perbaiki DNA yang ada di dalam," katanya usai Sosia­lisasi Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa TNUK di Hotel Aston, Kota Serang, Senin (13/10).

Ia menjelaskan, ada tiga alas­an operasi Merah Putih translokasi, pertama Badak Jawa di Ujung Kulon meng­alami penurunan DNA, de­ngan tingkat inbreeding (per­kawinan sedarah) menca­pai hampir 60 persen. 

Populasi yang hanya memi­liki dua jenis DNA (haplotip 1 dan 2) ini sangat rentan terhadap kecacatan genetik dan kesulitan berkembang biak. 

"Jadi perkawinan sedarah yang menyebabkan kecacatan. Makin lama jumlahnya makin menurun," ujarnya.

Alasan kedua, kata Ardi, dalam dua dekade terakhir, laju kelahiran badak Jawa di alam liar hanya sekitar tiga ekor per tahun, terlebih ada­nya ancaman perburuan liar.

"Jadi itu kalau dibiarkan, dalam tempo kurang dari 45 tahun itu punah, kalau terus-terusan seperti itu," tuturnya.

Terakhir, karena populasi badak Jawa saat ini terpusat di Ujung Kulon, sehingga rentan terhadap bencana alam karena berdekatan dengan Gunung Krakatau.

"Ini kan ada bencana alam, banyak penyakit, terutama dekat Krakatau ya, karena bisa jadi terjadi tsunami," ung­kapnya.

Ardi mengaku, translokasi dua badak tersebut akan dilakukan tahun ini meng­gunakan kendaraan amfibi Korps Marinir TNI ke JRSCA. Badak Jawa tersebut nantinya akan menempati paddock atau lapangan tertutup dengan luas 40 hektare yang juga disebut ekosistem kedua.

"Luasannya (JRSCA) itu 5.100 hektare. Dari 5.100 hektare ini, itu kita gunakan paddock­nya 40 hektare, kemudian satunya lagi paddock kedua itu 25 hektare," jelasnya.

"Itulah ekosistem kedua, dan itu ada pagarnya. Jadi begitu anakannya sudah siap lepas, tinggal dibuka ke dalam kawasan," tambahnya.

Ia menuturkan, JRSCA diran­cang sebagai pusat penang­karan, penelitian, dan edukasi. Di sini, tim konservasi akan melakukan langkah-langkah intensif untuk mempercepat kelahiran.

Sumber:

Berita Terkait