Badak Jawa Terancam Punah
Kepala Balai Besar TNUK, Ardi Andono saat mensosialisasikan Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa TNUK di Hotel Aston, Kota Serang, Senin (13/10). (SYIROJUL UMAM/TANGERANG EKSPRES)--
"Tahap pertama itu dikawinkan normal, tetapi kita percepat. Jadi masa birahi itu kan cuma beberapa jam kalau betina nanti harus segera dikawinkan. Sehingga tingkat perkembangan itu kemungkinan hamilnya cepat," jelasnya.
Selanjutnya, masa sapih anakan yang normalnya tiga tahun akan dipersingkat menjadi dua tahun, memungkinkan induk lebih cepat bunting kembali.
"Ini seharusnya 3 tahun, bisa kita kurangi menjadi 2 tahun. Kemudian habis itu ditaruh di peddock pengembangan. Supaya kita amati perkembangannya, kalau anak-anak ini sudah siap dilihatkan tinggal dilihatkan," tuturnya.
Jika perkawinan alami gagal, teknologi canggih seperti bayi tabung Artificial Reproduction Technology (ART) akan disiapkan sebagai opsi terakhir, sekaligus menjadi sarana penelitian untuk melahirkan ahli-ahli badak baru.
"Kalau itu juga tidak bisa, kita ambil spesimennya Bayibanknya. Kita simpan di lab dan pelajari kalau bisa kita kebangbiakan di lab kita kebangbiakan di lab," paparnya.
Dengan begitu, diharapkan Indonesia tidak hanya mampu menjaga Badak Jawa agar lestari di alam, tetapi juga membuka peluang wisata berbasis konservasi yang dapat menggerakkan ekonomi masyarakat Pandeglang.
Program jangka panjang menargetkan dalam 20 tahun ke depan, populasi badak Jawa yang sehat secara genetik akan meningkat signifikan, dan menjauhkan dari ambang kepunahan.
Sementara itu, Asda III Provinsi Banten, Deni Hermawan mengatakan, pihaknya terus mendukung pelestarian badak Jawa sebagai salah satu upaya menciptakan ruang yang lebih aman agar spesies itu terhindar dari kepunahan.
"Ini bukan hanya menjaga satu spesies, tapi juga membuat pembangunan berkelanjutan pada sektor pariwisata yang ada di Provinsi Banten, yakni mengembangkan ekowisata berbasis konservasi di Ujung Kulon," katanya. (mam)
Sumber:

