Neraca Perdagangan Defisit

Rabu 16-05-2018,08:53 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

JAKARTA-Neraca perdagangan Indonesia pada April 2018 mengalami defisit sebesar US$1,63 miliar. Adapun total ekspor Indonesia selama bulan lalu sebesar US$14,47 miliar dan total impor US$16,09 miliar. "Maret kemarin sempat membaik, namun April ini defisit kembali. Impor yang sangat tinggi perlu menjadi perhatian. Defisit dipicu dari defisit migas US$1,13 miliar sementara nonmigas juga defisit US$495 juta sehingga total defisit US$1,63 miliar," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/5). Suhariyanto mengatakan, nilai ekspor Indonesia pada April 2018 mencapai US$14,47 miliar atau turun 7,19 persen dibanding ekspor Maret 2018. Angka tersebut berbanding terbalik bila dibandingkan April 2017 yang meningkat 9,01 persen. Penurunan itu terutama disebabkan oleh penurunan ekspor nonmigas dan migas masing-masing sebesar 6,8 persen dan 11,32 persen. Dengan begitu, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-April 2018 mencapai US$58,74 miliar atau meningkat 8,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$53,50 miliar atau meningkat 9,27 persen. Sementara itu, untuk nilai impor Indonesia pada April 2018 naik 11,28 persen atau meningkat dari US$14,46 miliar menjadi US$16,09 miliar. Peningkatan ini terjadi baik impor migas maupun nonmigas masing-masing sebesar 3,62 persen dan 12,68 persen. "Peningkatan impor migas dipicu oleh naiknya nilai impor hasil minyak 10,58 persen dan gas 2,20 persen. Sebaliknya, impor minyak mentah turun 5,64 persen," ucap dia. Di lain sisi, peningkatan impor nonmigas berasal dari golongan mesin dan peralatan listrik sebesar 20,87 persen, sedangkan penurunan terbesar dari golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar 36,55 persen. Dengan begitu, secara kumulatif total impor Januari-April 2018 sebesar US$60,05 miliar atau naik 23,65 persen (yoy) serta impor nonmigas Januari-April 2018 sebesar US$51 miliar atau naik 26,42 persen (yoy). "Untuk pangsa impor nonmigas Januari-April 2018 didominasi oleh tiga negara yaitu Tiongkok US$13,92 miliar, Jepang sebesar US$ 5,98 miliar, dan Thailand sebesar US$3,45 miliar," ujarnya. Dorong Ekspor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, peningkatan drastis impor Indonesia adalah imbas pertumbuhan investasi. Pemerintah akan berupaya mendorong peningkatan ekspor untuk bisa mengimbangi laju kenaikan impor Indonesia. Dengan nilai impor yang lebih tinggi dari ekspor, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 1,63 miliar dolar AS pada April 2018. "Pemerintah harus bisa mendorong ekspor untuk mengimbangi kenaikan impor. Kalau tidak, itu dampaknya bisa tidak terlalu baik terhadap neraca pembayaran," ujar Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (15/5). Darmin mengatakan, penyelesaian sejumlah proyek infrastruktur dan peningkatan investasi membuat impor terus mengalami kenaikan. Menurut Darmin, hal itu terjadi karena banyak barang yang belum bisa dihasilkan di dalam negeri. Pemerintah, kata Darmin, berupaya untuk menggenjot ekspor dengan memberikan insentif investasi seperti tax holiday dan tax allowance. Meski bisa berpengaruh pada kondisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), Darmin menyebut, impor tidak diredam. Hal itu lantaran kebijakan tersebut justru bisa menahan laju pertumbuhan ekonomi. "Investasinya naik, pembangunan infrastruktur realisasinya makin banyak, mau tidak mau impor naik. Karena kita tidak menghasilkan sejumlah barang yang kita perlukan. Oleh karena itu, bukan impornya yang harus ditekan. Ekspornya yang harus didorong lagi," ujar Darmin. Berdasarkan data Bank Indonesia, NPI pada kuartal pertama 2018 mencatat defisit seiring dengan menurunnya surplus transaksi modal dan finansial. Defisit NPI pada kuartal pertama 2018 tercatat 3,9 miliar dolar AS. (WE/rep)

Tags :
Kategori :

Terkait