TANGERANG – Umat Budha dan Konghucu di Tangerang merayakan tradisi Cheng Beng di Pemakaman Tanah Gocap, Karawaci, Selasa (4/4). Tradisi yang dilaksanakan dengan mengujungi makam keluarga seperti orangtua dan kakek sebagai upacara penghormatan dan bentuk bakti orang yang masih hidup kepada leluhur yang sudah meninggal.
Acara dilakukan dengan berbagai kegiatan. Misalnya, membersihkan kuburan, menebarkan kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal dengan Gincua atau kertas perak. “Dalam tradisi ini orang berbondong-bondong ke tempat pemakaman orangtua atau para leluhur untuk melakukan sejumlah rangkain upacara penghormatan. Kita di sini juga menggelar tradisi persembahan yang dianggap sebagai wujud keberkahan untuk kita semua,” ungkap Damaisari, salah satu panitia Perayaan Cheng Beng. Ia menjelaskan, upacara Cheng Beng merupakan sejarah yang dimulai sejak dulu kala dan sulit dilacak kapan dimulainya. Pada Dinasti Zhou, tradisi ini merupakan suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian serta pertanda berakhirnya hawa dingin dan mulainya hawa panas. “Namun kini, Cheng Beng ditetapkan sebagai hari wajib untuk untuk menghormati para leluhur yang telah meninggal. Dengan mengimplementasikannya berupa membersihkan kuburan leluhur serta menggelar upacara persembahan,” jelas Damaisari. Pantauan Tangerang Ekspres, dalam upacara Cheng Beng tersebut sejumlah makanan sesaji telah disiapkan, mulai dari buah-buahan, ketupat, ayam, berbagai jenis kue, rokok hingga mie instan dan lainnya. Makanan yang digelar di sebuah meja besar sebelumnya dilakukan pembacaan doa-doa. Rangkaian doa yang dipersembahkan untuk para luluhur yang dikebumikan di kawasan pemakaman Tanah Gocap, pembakaran dupa, menyalakan lilin hingga menyiram air suci pun dilakukan. Hingga rangkaian doa selesai dibacakan, dengan satu komando puluhan warga berebut makanan sesaji tersebut. Saling sikut, geser hingga menindih pun terjadi demi memperbanyak hasil sesaji yang dipercaya akan membawa keberkahan dalam hidup yang mendapatkannya. “Kita di sini sudah dari pagi, menunggu melihat-lihat persiapan sampai akhirnya ini menunggu rebutan makanan yang ada. Percaya atau tidak, katanya semakin banyak makanan yang kita dapat, semakin banyak berkah yang kita dapatkan, amin,” tutur Tri Bulan, salah seorang warga. Ia mengatakan, sejak kecil ia sudah mengenal tradisi Cheng Beng. Hingga usianya 21 tahun, ia masih mengikuti rangkaian kegiatan atau sejarah yang ditinggalkan para leluhurnya. (bun)Berharap Berkah, Umat Tradisikan Bakti kepada Leluhur
Rabu 05-04-2017,11:42 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :