Siapkan 300 Hektare Tambak Budidaya Nila Salin Tujuan Eropa

Kamis 21-11-2024,14:57 WIB
Reporter : Agung Gumelar
Editor : Sihara Pardede

 

Rochyan Aglan mengatakan, nila salin dengan nila biasa tentu berbeda, jika nila biasa hidup di air payau namun nila salin yang dikembangkan ini yaitu, yang dapat hidup di tambak berkadar garam rendah tidak sampai terlalu tinggi.

 

Hasilnya ukuran nila salin jauh lebih besar dibandingkan dengan nila biasa, namun masa panennya lebih lama yang membutuhkan tujuh bulan dan harga jualnya juga jauh lebih tinggi.

 

"Ukuran nila salin kurang lebih 700 gram, jauh lebih besar dibandingkan nila biasa namun panennya lama membutuhkan tujuh bulan, karena ini untuk kebutuhan ekspor. Pasar disediakan KKP RI, yang bakal dijual ke benua eropa dengan harga yang jauh lebih mahal," ujarnya.

 

Dikatakan Rochyan Aglan, nila salin ini konsepnya budidaya monokultur yang sudah dipikirkan oleh KKP RI, mulai dari cara budidaya, termasuk aliran pemasukan hasil penjualan ekspor nila salin yang tentunya akan dikembalikan ke pembudidayanya.

 

Ia mengaku, sudah menyosialisasikannya kepada para pembudidaya serta masyarakat yang punya lahan tambak, dan respon dari mereka sangat baik menyetujui program tersebut.

 

"Modelnya mirip seperti kawasan budidaya nila salin di Karawang, tahap awal ini 300 hektare yang akan kita siapkan, dan sosialisasi sudah kita lakukan. Sosialisasinya lebih ke arah verifikasi lapangan supaya clear kondisi status lahan kepemilikannya, alhamdulilah respon masyarakat sangat baik," ucapnya.

 

Kata Rochyan Aglan, lahan tambak yang dijadikan budidaya nila salin ini harus berdekatan dengan aliran sungai, supaya kebutuhan air tawar terpenuhi untuk nantinya dicampurkan dengan air berkadar garam sedikit.

 

Dengan adanya kawasan budidaya nila salin nanti, diharapkan muncul pembenih-pembenih nila dari masyarakat, untuk menyuplai kebutuhan nila salin.

Tags :
Kategori :

Terkait