TANGERANGEKSPRES.ID - Hujan dengan intensitas tinggi, yang terjadi sejak empat hari lalu membuat Sungai Cidurian meluap, yang mengakibatkan banjir merendam beberapa desa di Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang.
Salah satunya di Desa Songgom Jaya, terdapat lima kampung yakni Kampung Parigi, Kampung Songgom Cilotik, Kampung Tegal, Kampung Desa Gede, dan Kampung Pinggir Rawa.
Dari kelima kampung itu, terdapat 60 rumah dari 165 Kartu Keluarga (KK), serta sekolah dasar yang terendam banjir.
Kepala Desa Songgom Jaya Muhtadi mengatakan, banjir mulai merendam rumah di lima kampung itu terjadi pada Jumat malam 26 April, dan sampai sekarang Senin 29 April 2024 air masih belum surut.
Adapun ketinggian airnya bervariatif, mulai dari 20 centimeter sampai 120 centimeter yang terjadi di lima kampung tersebut, namun yang paling parah di Kampung Songgom Cilotik dengan ketinggian air mencapai 120 Centimeter.
"Yang airnya tinggi sampai 120 centimeter itu, di rumah yang dekat dengan rawa di Kampung Songgom Cilotik, untuk sekarang ketinggian air stagnan tapi arusnya tidak deras. Mudah-mudahan, air biasa surut secepatnya Insyaallah besok pagi surut gimana kondisi cuaca saja," katanya kepada wartawan di kantor Desa Songgom Jaya, Senin 29 April 2024.
Muhtadi mengatakan, banjir di wilayah berasal dari luapan air Sungai Cidurian, yang sudah tidak bisa membendung kapasitas air yang diterima akibat intensitas hujan yang tinggi.
Untuk mengatasi permasalah itu, pihak Desa Songgom Jaya mengaku selalu mengusulkan pembuatan tanggul atau yang lainnya, yang dapat menahan luapan air dari Sungai Cidurian kepada Balai Besar Wilayah Sungai Ciujung, Cidurian, Cidanau (BBWSC3).
"Setiap tahun, melalui Musrembang Desa kita sudah usulkan ke BBWSC3 sebagai penanggung jawab sungai, cuman kami tidak tahu tersampaikan atau tidak. Kalau upaya dari kami, telah membuat pintu air di setiap drainase, tapi ternyata tidak mampu untuk menahan air yang masuk karena intensitas nya lebih tinggi," ujarnya.
Dikatakan Muhtadi, warga lebih memilih mengungsi ke rumah saudaranya yang tidak terdampak banjir, ketimbang harus mengungsi di tempat pengungsian yang sudah disiapkan pihak desa.
Alasannya, karena banjir biasanya hanya sampai empat hingga lima hari surut, maka mereka lebih memilih ke rumah saudaranya ketimbang ke tempat pengungsian yang sudah disiapkan.
"Tempat pengungsian kita sudah siapkan, di aula kantor desa cuman warga lebih senang mengungsi di rumah saudara nya saja, yang lebih aman. Yang mengungsi, kurang lebih 15 KK tetapi mereka di rumah saudara nya, padahal sudah kita arahkan untuk ke tempat pengungsian," ucapnya. (*)