Modal Pribadi Bikin Taman Hammock

Senin 25-03-2019,07:58 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

MAUK – Sejumlah pemuda mengubah lahan hutan jati di Kampung Buaran Asem RT 09/05, Desa Tanjung Anom, Kecamata Mauk, Kabupaten Tangerang, menjadi objek wisata Taman Hammock (ayunan) sejak pertengahan 2018 lalu. Bermodalkan izin pemanfaatan lahan dari pemilik tanah, pengelola menyediakan wahana hammock dan panahan di objek wisata tersebut. Kini objek wisata itu sudah ramai dikunjungi masyarakat baik dari warga Kecamatan Mauk. Bahkan adapula pengunjung yang datang dari luar kecamatan. Abdul Mujid, Koordinator Pengelola Taman Hammock mengatakan, sebelumnya tidak sedikitpun dipikirannya mengubah hutan jati di Kampung Buaran Asem menjadi objek wisata Taman Hammock. Sebab, hutan jati berjarak sekitar dua kilometer dari jalan utama di pinggir Pantai Tanjung Kait. “Awalnya, adik perempuan dan keponakan saya, beli tiga hammock untuk hiburan pribadi. Kemudian, kami pasang hammock di hutan jati. Melihat aktivitas kami itu, ada orang-orang yang berminat naik Hammock juga. Hingga memberikan sejumlah uang kepada kami,” tuturnya, Minggu (24/3). Selanjutnya, Mujid menuturkan, dia menyewakan tiga ayunan kepada siapa saja yang ingin bersantai sekaligus berfoto di atas ayunan berwarna itu. Puncaknya, wahana hammock di hutan jati Buaran Asem viral di media sosial, diantaranya facebook dan instagram. Maka, hutan jati itu mulai ramai dikunjungi pengunjung dari masyarakat di sejumlah desa di Kecamatan Mauk. Tak ingin membuat pengujung kecewa karena tidak mendapatkan ayunan, pihaknya membeli lima ayunan lagi. Jadi, total ada delapan ayunan. “Semakin hari semakin ramai. Kami terus menambahkan ayunan. Hingga kini kami sudah memiliki seratus ayunan. Ditambah lagi, sekarang  kami menyediakan wahana panahan,” jelasnya. Adapun biaya masuk ke Taman Hammock BuaranAsem, pihaknya menarif Rp2.000 per ayunan. Kemudian, biaya wahana panahan Rp1.000 per anak panah. Ia membeberkan, pihaknya bisa mengumpulkan uang hingga Rp500 ribu per hari setiap Sabtu dan Minggu. Di luar hari-hari itu, terkumpul uang kisaran Rp100 ribu sampai Rp200 ribu. “Kedepan kami akan membuat konsep baru upaya menarik perhatian pengunjung. Sebab, Bulan Suci Ramadhan sebentar lagi. Nanti, tempat ini pas untuk tempat ngabuburit,” tukasnya. Di tempat terpisah, Abdul Aziz, Kepala Desa Tanjung Anom mengatakan, dia mengapresiasi kegiatan pemuda yang memanfaatkan lahan hutan jati milik swasta menjadi Taman Hammock. “Namun, anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) belum bisa dialokasikan untuk pengembangan objek wisata itu. Sebab, kepemilikan lahan bukan milik desa,” singkat pria yang akrab disapa Lurah Aziz ini. (zky/mas)

Tags :
Kategori :

Terkait