SMK Ora et Labora, Cetak Generasi Handal
SERPONG - Memasuki angkatan kedua, Yayasan Ora et Labora meresmikan gedung SMK dengan kejuruan Keahlian Teknik Pembangkit Tenaga Listrik, Kamis (18/10). Ini merupakan wujud komitmen dalam menjawab kebutuhan industri terhadap tenaga profesional khususnya dibidang pembangkit listrik. Memiliki gedung bertingkat yang didominasi warna biru lengkap dengan berbagai ruang laboratorium kelistrikan. SMK OL memiliki pembeda selain memiliki masa pendidikan selama empat tahun. Sekolah ini juga berkesinambungan dan berkolaborasi dengan industri. Memiliki komite eksekutif yang mengawal kurikum pendidikan dan memastikan siswa dapat langsung terjun ke dunia industri. Ketua Yayasan Ora et Labora, Sandi Rahaju menjelaskan sektor ketenagalistrikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Tenaga listrik merupakan kebutuhan fundamental dalam kehidupan manusia yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. “Yayasan Ora et Laboran memiliki inisiatif dalam mendukung pemerintah untuk mewujudkan pembangunan sektor ketenagalistrikan. Salah satunya mempersiapkan man power yang handal, memililki kemampuan dalam keahlian teknik pembangkit tenaga listrik sehingga diharapkan generasi muda terampil,” ungkap Sandi. Untuk memastikan tenaga terampil SMK O: juga menghadirkan sumber daya pengajar unggulan dan berkualitas. Guru yang memiliki latar belakang kependidikan Kepala Sekolah yang mengenyam pendidikan S3 di Jepang. Bekerjasama dengan Swiss German University serta menggandeng Vcentral Industrial Technology Enterprise (CITE). “Kami percaya dengan standar dan kualitas tinggi mulai dari tenaga pengajar hingga kurikulum yang dijalankan. SMK OL akan menjadi salah satu yang terbaik dan memberikan manfaat positif bagi masyarakat. Serta mempercepat pembangunan ekonomi bangsa Indonesia,” harapnya. Sementara itu, Purnomo Sejati, Kepala SMK Ora et Labora menjelaskan, sekolah yang dipimpinnya memiliki program empat tahun masa pendidikan. Dimana dua tahun setengah merupakan proses materi 35 persen dan praktik 65 persen. Sedangkan satu tahun setengah terakhir siswa akan memasuki masa magang disejumlah perusahaan yang sudah bekerjasama. “Dengan itu, anak-anak akan menjadi produk yang benar-benar siap pakai. Lulusan yang matang dan bisa menjadi lulusan SMK yang memutus mata rantai pengangguran,” tegasnya.(bun)
Sumber: