Rentenir Berkedok Koperasi Ditolak Warga

Rentenir Berkedok Koperasi Ditolak Warga

PASAR KEMIS – Koperasi berkedok bank keliling yang pola kerjanya mirip rentenir membuat resah Warga Kampung Pangodokan RW 06, Kelurahan Kuta Bumi, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang. Aktivitas rentenir dianggap kerap memeras dan membuat ricuh lingkungan. Ketua RW 06 Kampung Pangodokan Narsip menjelaskan, bahwa saat ini banyak bank keliling berkedok koperasi simpan pinjam, padahal mereka melakukan praktek rentenir. Narsip menegaskan, bank keliling yang melakukan praktek rentenir bukanlah koperasi. "Koperasi itu kan ada anggotanya, dan mensejahterakan anggotanya, bukan malah melakukan praktek rentenir yang bunganya mencekik masyarakat," tegasnya. Ia menyayangkan keberadaan bank keliling yang kerap memeras warga dengan bunga pinjaman yang tinggi. Misalkan, pinjaman Rp200 ribu harus mengambalikan Rp250 ribu. Pinjaman Rp300 ribu, harus memulangkan Rp375 ribu. Pinjaman Rp 400 ribu, harus memulangkan Rp 500 ribu. Belum lagi setiap pencairan dikenakan potongan biaya admnistrasi sebesar Rp20 ribu. Jadi, jika warga pinjam Rp300 ribu maka yang diterima hanya Rp280 ribu. Kemudian harus memulangkan sebesar Rp375 ribu, dibayar Rp15 ribu per hari, selama 25 hari. “Kalau selama 25 hari tidak lunas. Maka, bisa kena bunga lagi. Yang akhirnya utang semakin besar dan besar,” kata Narsip. Dengan demikian, warga yang berusaha ingin melunaskan terpaksa meminjam kembali ke bank keliling lain, dengan maksud untuk menutupi hutang. Namun, langkah tersebut membuat permasalahan baru, sehingga beban untuk membayar bank keliling per hari semakin berat. “Karena terlilit hutang bank keliling, banyak warga sampai menjual rumah untuk menutupi hutangnya. Karena bunga yang dibebankan sangat tinggi,” terangnya. Untuk menghindari peredaran rentenir,  Narsip beserta warta telah memasang spanduk himbauan melarang rentenir atau bank keliling dilarang masuk ke wilayah RW 06, Kelurahan Kuta Bumi, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang. “Sekarang kalau mau nagihin silahkan. Tapi, janga nawar-nawarin pinjaman lagi. Ujung-ujungnya cuma manfaatin kesusahan orang. Orang susah malah diperas,” kata Narsip. Sementara itu, Anah, seorang warga mengatakan, dia memiliki usaha nasi uduk. Anah menuturkan, untuk menjalankan usaha nasi uduk saat itu, dirinya meminjam uang ke beberapa rentenir sebesar Rp 300 ribu. Kemudian, dagangan belum habis, penagih sudah datang. Alhasil, duit pegangan dari pinjaman sudah kepakai untuk membayar bank keliling lagi. “Terus saya pinjam lagi ke yang lain, bermaksud buat nutupin utang. Tapi, malahan nambah utang doang,” kata janda tua itu. Diakui Anah, dirinya sampai meminjam kepada sepuluh bank keliling. Dia menuturkan, terkadang merasa sedih karena penagih sering memarahi dirinya bila belum bisa menyetorkan uang. Bahkan, sampai ada yang berani menendang pintu rumah miliknya. “Semoga pemerintah bisa membantu kami. Kalau pedagan kecil seperti kami butuh pinjaman. Jadi tidak perlu pinjam ke rentenir atau bank keliling,” kata Anah. Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kuta Bumi Sri Kusumatuti mengatakan, pihaknya belum memiliki program untuk memberikan bantuan uang pinjaman. Kemudian, dia juga belum menerima laporan terkait persoalan bank keliling yang meresahkan warga Kampung Pangodokan. “Kami belum terima laporan. Jadi, kami belum punya langkah ke depan harus ngapain,” kata Sri di ruang kerjanya kepada Tangerang Ekspres. (mg-2/mas)

Sumber: