46 Siswa Putus Sekolah
SERANG - Pada tahun 2017, ada 46 siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Serang yang memutuskan berhenti sekolah. Alasannya berbeda-beda salah satunya karena karena fakfor ekonomi. Kepala Subbagian Program Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Serang, Nurdin mengatakan bahwa 46 siswa yang putus sekolah itu meliputi 31 siswa SD dan 15 siswa SMP, negeri maupun swasta. "Ini data tahun 2017 karena untuk tahun ini datanya akan keluar setelah satu tahun ajaran selesai," katanya kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Jumat (4/5). Dia mengaku data tersebut akan diketahui di sistem data pokok pendidikan (dapodik). Pada sistem itu, operator masing-masing sekolah akan mengedit data siswa, guru, dan nilainya. Bahkan bila ada yang putus sekolah, di sistem itu akan dicantumkan. "Jadi kalau ada yang putus, akan ada keterangannya," ujarnya. Menurut dia, selain faktor ekonomi, ada faktor lain yang menyebabkan puluhan anak putus sekolah, seperti faktor sosial perceraian orang tua dan orang tuanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). "Jadi, bukan hanya faktor ekonomI saja, banyak juga kasus yang lainnya, kalau ekonomi masih ada cara lain untuk penyelesaiannya," katanya. Untuk mengantisipasi adanya siswa yang putus sekolah akibat faktor ekonomi, kata Nurdin, banyak bantuan yang diberikan baik dari pusat maupun pemerintah daerah untuk mereka, seperti dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan beasiswa miskin dari Pemerintah Kabupaten Serang. "Kita juga terus berupaya dengan pengawasan di lapangan. Kalau BOS untuk semua sekolah diberikan tapi kalau beasiswa miskin itu tergantung sekolahnya yang mengajukan," paparnya. Sementara itu, Sekretaris Disdikbud Kabupaten Serang, Sarjudin mengatakan bahwa untuk mengatisipasi anak putus sekolah itu, pihaknya akan melakukan penyisiran sesuai nama dan alamat anak itu untuk mengikuti program kejar paket meliputi paket A untuk siswa SD, kemudian B untuk SMP, dan C untuk SMA. "Yang melakukan penyidik dari pihak kecamatan masing-masing nanti," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon seluler. Selain itu, kata Sarjudin, pihaknya juga akan melakukan sosialisasi atau arahan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan sehingga masyarakat bisa melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. "Pasti nanti akan kita arahkan. Apapun alasannya sekolah itu kan penting. Memang ada yang menikah dan yang lainnya bukan hanya karena tidak mampu saja, makanya kita pastikan mereka memiliki ijazah SMP dan SMA (sekolah menengah atas)," paparnya. Ia menambahkan pendidikan paket itu diberikan gratis kepada masyarakat dengan total anggaran yang dialokasikan untuk penyelenggaraannya sekitar Rp300 juta tiap tahunnya untuk kuotanya tidak terbatas. "Ditargetkan seribu peserta (pendidikan paket), paling cuma ada 300 orang yang ikut tapi tidak apa-apa," katanya. (mg-03/tnt)
Sumber: