Pakai Pupuk Subsidi, Hasil Produksi Padi Malah Merosot

Pakai Pupuk Subsidi, Hasil Produksi Padi Malah Merosot

MAUK – Ratusan petani di Kecamatan Mauk mogok menanam padi dengan alasan tidak memiliki modal untuk melakukan penanaman. Mogoknya petani ini disebabkan produksi padi di wilayah ini mengalami penurunan produksi sejak 2017 lalu. Mogok tanam petani Mauk ini dibenarkan oleh Ketua Kelompok Tani (Poktan) Kebon Kelapa, Samsudin. Dia menjelaskan, kesepakatan mogok tanam itu diungkapkan dalam sebuah pertemuan Poktan. Dalam pertemuan itu, anggota Poktan yang berjumlah 30 petani sepakat untuk tidak menanam padi meski sudah memasuki masa tanam awal tahun. Menurut Samsudin, hampir seluruh anggota Pokta Kebon Kelapa merasakan persoalan yang sama, yakni ketakutan akan gagal panen dan tidak memiliki biaya lagi untuk memulai penanaman. Dia mencontohkan, sawah seluas sembilan hektar yang digarapnya, mengalami penurunan produksi padi selama 3 kali masa taman secara berturut-turut. Terparah, sambungnya, terakhir panen padi pada masa tanam ini (20 Desember 2017- 1 April 2018-red), dari lahan seluas 1 hekare, sama sekali tidak menghasilkan gabah. “Saya menggarap sawah padi seluas 9 hektare, cuma dapat gabah sebanyak 3 ton,” kata Samsudin dikediamannya kepada Tangerang Ekspres, kemarin (10/4). Penurunan produksi padi ini berimbas pada pendapatan. Dia sendiri mengaku rugi puluhan juta rupiah selama tiga kali masa tanam. Ini lantaran biasanya, hasil panen lahan persawahan padi yang dia garap bisa memproduksi gabah sebanyak 5 ton/hektare. Namun belakangan ini jumlah hasil padinya turun hampir 50 persen. Anehnya, beber Samsudin, para petani yang mengalami penurunan produkksi hingga gagal panen itu yang memakai bibit subsidi dari pemerintah jenis Inpari 30. Tetapi, ada petani yang memakai bibit non subsidi, walaupun terkena hama wereng, masih bisa memperoleh gabah sebanyak 2 ton/hektare. Samsudin menambahkan, para petani yang mogok tanam itu lantaran tidak memiliki modal. Modal pinjaman untuk mengelola sawah yang gagal saja belum bisa dikembalikan lantaran hasilnya yang menurun. Dia menjelaskan, banyak anggota Poktan Kebon Kelapa yang modalnya berasal dari meminjam dan harus dikembalikan saat sudah panen. “Saya sekarang ragu-ragu untuk nanam padi, sebab khawatir hasil panen begini lagi. Yang ada malah ngasilin utang lagi,” keluh Samsudin. Samsudin berharap, semoga Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, turun ke lahan persawahan di Kecamatan Mauk untuk mengkroscek penyebab pasti penurunan hasil produksi ini. Sementara itu, Pejabat Fungsional Dinas Pertanaian dan Ketahanan Pangan Ikhwan mengatakan, pihaknya akan melihat kondisi pertanian di Kecamatan Mauk. Sekaligus berdialog dan memberikan penyuluhan tentang pertanian. Kemudian, hasilnya akan disampaikan kepada Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Mawardi Nasution. Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemkab Tangerang Mawardi Nasution saat dikonfirmasi via telepon mengaku sudah mengetahui informasi soal pemogokan yang dilakukan petani di Kecamatan Mauk. Dia sendiri mengaku sudah mendapat informasi soal penurunan hasil produksi di wilayah itu. Untuk memastikan kabar itu, Mawardi akan memanggil petugas Balai Penyuluh Pertanaian Kecamatan Mauk. Dia menyarankan, sebaiknya petani tidak perlu mogok tanam selama kebutuhan air tersedia. Apalagi saat ini kebutuhan bibit dan pupuk sudah disubsidi oleh pemerintah. “Besok (hari ini-red), saya akan panggil petugas dari balai penyuluh pertanaian disana, saya ingin mengetahui kebenaran informasi penurunan produksi dan mogok tanam,” kata Mawardi.(mg-2)

Sumber: