Prodi Teknologi Industri Pertanian ITI, Membina Warga Membuat Nata de Coco

Prodi Teknologi Industri Pertanian ITI, Membina Warga Membuat Nata de Coco

  SETU – Sesuai dengan Panca Dharma kampus, Institute Teknologi Indonesia (ITI) Setu, Kota Tangsel terus mengedukasi serta ikut meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya Kota Tangsel. Kali ini melalui Prodi Teknologi Industri Pertanian, dosen dan mahasiswa ITI mengedukasi 30 warga untuk membuat nata de coco alami dan kaya akan gizi. Mulai dari komposisi bahan, pembuatan starter atau biang nata de coco, fermentasi hingga pengolahan rasa dan pengemasan produk. Syahril Makosim dosen Prodi Teknologi Industri Pertanian ITI menuturkan pembinaan ini bukan sekadar mengajarkan membuat nata de coco hingga menjadi UKM nata de coco. Namun jajaran Prodi Teknologi Industri Pertanian ITI juga memberikan pendalaman materi terkait pengolahan nata de coco. “Hal itu kami lakukan agar, para warga tidak hanya menjadi pedagang yang asal bisa membuat, bisa jual atau asal laku. Namun bisa mempertanggung jawabkan secara gizi hingga ilmiah nata de coco tersebut. Maka mereka berkembang sebagai pengusaha nata de coco yang cerdas hingga go Internasional,” ungkap Syahril saat ditemui Tangerang Ekspres, Rabu (14/3). Dijelaskan pria yang juga merupakan pengurus pusat Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) ini, 30 warga yang ikut dalam pendidikan pengolahan nata de coco sehat dan bergizi ini merupakan masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Tangsel Berkibar. Para penggiat atau pengrajin kuliner Kota Tangsel. Mulai dari ibu rumah tangga hingga para guru. Untuk kegiatan kali ini, para warga melakukan proses panen dari hasil fermentasi pembuatan air dasar nata de coco seminggu yang lalu. Kata Syahril, pembuatan starter nata de coco membutuhkan waktu fermentasi selama tujuh hari. “Maka untuk kegiatan hari ini, kami melakukan panen dan belajar membuat rasa nata de coco berbagai rasa hingga pengemasan,” tambahnya. Selanjutnya, dikatakan Syahril pembinaan UKM dengan pengolahan nata de coco ini tak hanya berhenti sampai berhasil atau bisa memproduksi saja. Namun, ITI akan mendampingi hingga proses usaha itu berjalan dan bisa berdiri sendiri. Tak ketinggalan proses pengakuan bisnis, surat-surat kehalalan produk hingga hak cipta produk ke pemerintah Kota Tangse. “ITI bukan kampus yang sekadar meluluskan ribuan atau jutaan mahasiswa saja. Namun, kampus yang bisa menjadi sahabat masyarakat khususnya Kota Tangsel, untuk menjadi masyarakat yang produktif hingga tercipta kota yang produkti dan sejahtera bagi masyarakatnya sendiri,” katanya. (bun/mas)

Sumber: