15 Persen Siswa Alami Gigi Berlubang, Hasil CKG Siswa di Tangsel

15 Persen Siswa Alami Gigi Berlubang, Hasil CKG Siswa di Tangsel

Kepala Dinas Kesehatan Ko­ta Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar.-(Tri Budi Sulaksono/Tangerang Ekspres)-

TANGERANGEKSPRES.ID, CIPUTAT — Sejak 4 Agustus 2025 program cek kesehatan gratis (CKG) untuk siswa ting­kat SD hingga SMA di Kota Tangsel telah dilasanakan. Ada 302.933 siswa di Kota Tang­sel yang menjadi sasaran program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut.

Sebanyak 302.933 siswa ter­sebut terdiri dari siswa SD 167.029, SMP 68.664 siswa dan SMA 67.240 siswa.

Kepala Dinas Kesehatan Ko­ta Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, sam­pai 13 Oktober 2025 sudah 43,8 persen siswa yang dila­kukan CKG dari sasaran 302.­933 siswa. ”Total SD hingga SMA sasarannya 302.933 siswa dan capaiannya sudah 132.688 atau 43,8 persen dari target,” ujarnya kepada wartawan, Senin, 13 Oktober 2025.

Allin menambahkan, untuk SD sasaran CKG sebanyak 167.029 siswa dan capaiannya telah 91.522  atau 54,8 persen. Untuk SMP sasarannya 68.664 siswa dan capaiannya telah 29.136 atau 42,4 persen. ”Se­dangkan SMU sasarannya 67.­240 siswa dan capaiannya sudah 12.010 atau 17,86 per­sen,” tambahnya.

Wanita berkerudung tersebut menjelaskan, dalam pelak­sa­naan CKG pihaknya mene­mu­kan sejumlah masalah ke­se­hatan pada siswa. Paling banyak ditemukan adalah masalah gi­gi berlubang dan penurunan ketajaman peng­lihatan.

”Paling banyak ditemukan masalah karies (gigi berlu­bang) sekitar 15 persen. Untuk gigi berlubang, itu langsung ditindak lanjuti dirujuk ke puskesmas dan disana ditin­daklanjuti apakah harus se­perti apa, dokter yang paling tahu,” jelasnya.

Allin mengaku, edukasi di­berikan kepada anak dan arang­tua pasalnya, saat hadir ke pus­kesmas pasti mereka diantar orangtua. ”Nah disi­tulah dokter giginya sekaligus memberikan edukasi. Gigi berlubang ini dise­babkan ka­rena makan ma­kanan manis dan tidak diiringi gosok gigi yang benar. Minimal gosok gigi dua kali sehari dan kapan­nya juga dijelaskan oleh dok­ter,” jelasnya.

Mantan Direktur RSU Kota Tangsel tersebut menuturkan, pemasalahan kesehatan kedua yang banyak ditemukan ter­hadap siswa adalah gangguan refraksi mata. Pihaknya mela­kukan fisus, yakni pemeriksaan un­tuk mengukur ketajaman penglihatan seseorang.

”Dites mata tuh yang peng­lihatan, nah dia itu pengli­hatannya menurun, fisusnya. Yakni penurunan ketajaman penglihatan. Sehingga itu ha­rus ditindaklanjuti ke dok­ter, supaya dapat diketahui secara pasti apakah minus atau apa,” tuturnya.

Allin mengungkapkan, pi­haknya juga mengalami ken­dala dalam pelaksanaan CKG di sekolah. ”Kendalanya inikan yang dievaluasi itukan ber­dasarkan inputan aplikasi se­hat Indonesiaku (ASIK). Ka­dang-kadang ada NIK tidak se­suai, kadang ada sekolah yang belum bisa berikan NIK,” tutupnya. (bud)

Sumber: