Tradisi Keceran Tjimande TTKDH Jadi Agenda Tahunan

Tradisi Keceran Tjimande TTKDH Jadi Agenda Tahunan

Ketua Umum DPP Kesti TTKKDH, Wahyu Nurjamil, mengangkat piagam penghargaan Rekor MURI yang diraih melalui tradisi Rujakan dalam ajang Festival Keceran Tjimande di Alun-alun Kota Serang, Sabtu (20/9). (ADPIMPRO PROVINSI BANTEN FOR TANGERANG EKSPRES)--

TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Festival Keceran Tji­mande yang digelar keluarga besar Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH) mencatat sejarah baru. Pada Sabtu (20/9), festival yang dipusatkan di Alun-alun Kota Serang ini berhasil meraih penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) melalui tradisi rujakan dengan jumlah peserta terbanyak.

Acara tersebut menghadirkan ribuan peserta dari berbagai dae­rah dan menjadi ruang silaturahmi sekaligus kebanggaan masyarakat Banten.

Gubernur Banten, Andra Soni, yang hadir dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasinya. Ia menilai kegiatan yang dipelopori TTKKDH pusat merupakan wujud nyata upaya menjaga warisan budaya sekaligus memperkuat jati diri bangsa.

“Kami mengapresiasi kegiatan ini sebagai upaya melestarikan budaya-budaya lokal. Semoga TTKKDH terus bersinergi dengan pemerintah dalam menjaga NKRI dan berpartisipasi membangun bangsa,” ujar Andra.

Lebih jauh, Andra mengung­kapkan harapannya agar tradisi rujakan dapat masuk dalam kalen­der pariwisata Provinsi Banten. Menurutnya, potensi budaya ini bisa menjadi magnet wisata tahun­an yang memperkuat citra Banten di tingkat nasional.

“Ini salah satu upaya dari pengu­rus pusat TTKKDH untuk me­ngajukan kepada pemerintah pusat agar bisa menjadi salah satu agenda pariwisata di Provinsi Banten,” ungkapnya.

Ketua Umum DPP Kesti TTKKDH, Wahyu Nurjamil, menuturkan bahwa rujakan bukan sekadar acara seremonial, melainkan sarat nilai filosofis. Sajian rujakan terdiri dari teh, kopi pahit, kopi manis, dan asam yang masing-masing mengandung makna kehidupan.

“Kopi pahit melambangkan ke­adaan hidup yang sulit, namun kita harus tetap tenang. Sebab nantinya Allah akan memberikan kemanisan, yang diibaratkan dengan kopi manis,” jelas Wahyu.

Ia menambahkan, pesan utama tradisi ini adalah keyakinan bahwa setiap langkah manusia diatur oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena itu, rujakan menjadi sarana pendidikan budaya yang di­wariskan kepada generasi muda TTKKDH.

Menurut Wahyu, setiap tahun TTKKDH berusaha menanamkan nilai kebanggaan bagi anak-anak dan anggotanya. Rekor MURI kali ini merupakan yang keempat bagi organisasi tersebut, setelah se­belumnya mencatatkan rekor pada tradisi keceran dan golem­pangan.

“Ini bukti nyata keberadaan TTKKDH dalam menjaga warisan bang­sa, baik melalui prestasi orga­nisasi maupun para anggotanya. Kami berharap pemerintah daerah dapat merancang ekosistem yang melibatkan kami, sehingga seni budaya bisa mendukung pariwisata sekaligus melestarikan kebudayaan di Banten,” ujarnya.

Festival rujakan TTKKDH bukan hanya pesta budaya, tetapi juga momentum strategis untuk mem­promosikan Banten sebagai daerah yang kaya tradisi. Dukungan Gu­bernur Banten membuka pe­luang besar agar tradisi ini resmi masuk dalam agenda tahunan pariwisata.

Dengan melibatkan ribuan peserta, kegiatan ini menunjukkan bahwa budaya lokal memiliki daya tarik kuat bila dikelola dengan baik. Tradisi rujakan kini diha­rapkan dapat menjadi ikon pari­wisata budaya yang mengangkat nama Banten di tingkat nasional maupun internasional. (ald)

Sumber: