Warga Blokir Jalan Menuju SMP 13

Warga Blokir Jalan Menuju SMP 13

CIPUTAT TIMUR-Warga yang tinggal di sekitar SMPN 13 Tangsel, memblokir jalan menuju sekolah tersebut, Senin (22/7) pagi. Warga yang berasal dari Kelurahan Pondok Ranji, Pondok Karya, Pondok Betung Ciputat Timur, ini menutup Jalan Beruang dengan menggunakan pot bunga. Mereka juga membakar ban dan membentangkan kain putih. Ini lantaran kecewa karena ada beberapa anak yang tidak diterima di sekolah tersebut. Sedangkan kendaraan roda empat yang melintas dihadang dan diminta putar balik untuk mencari jalan lain. Menurut warga, banyak anak mereka tidak diterima saat melakukan pendaftaran melalui jalur zonasi, padahal jarak dari rumah ke sekolah paling jauh 500 meter. Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Wahab mengatakan, aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes lantaran anak-anak warga sekitar tidak diterima di sekolah tersebut. "Ini aksi spontan, permasalahannya, anak-anak warga sini mendaftarkan anaknya melalui jalur zonasi jarak, secara zonasi dia memang dekat ke SMPN 13 dan kecamatan. Namun, jaraknya hanya 500 meter sampai 2 kilometer,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Senin (22/7). Wahab menambahkan, ada 9 orang yang tidak masuk sekolah tersebut dan ia menduga ada permainan dalam peneriaan siswa baru. Padahal, ada warga yang di luar zona tapi bisa masuk dan kabarnya orangtua yang anaknya diterima menyerahkan uang sebesar Rp3 juta sampai Rp4 juta untuk dua anak. "Ini informasi dari orang tua yang anaknya diterima yang rumahnya di luar zonasi jarak," tutur mantan RW ini. Menurutnya, aksi tutup jalan dilakukan karena jalan tersebut dibangun hasil dari swadaya masyarakat atau mantan RW. Mantan RW kecewa karena warganya yang tidak diterima. "Besok (hari ini) bila tuntutan kami tidak dipenuhi dan direspon oleh sekolah maupun dinas, maka pagar sekolah akan kita gembok," tuturnya. Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 13 Tangsel Lina Marlina mengatakan, dalam PPDB tahun ini dibagi beberapa zonasi, mulai dari jonasi jarak sebesar 30 persen, prestasi akademik 45 persen dan lainnya. Siswa yang rumah dekat dengan sekolah masuk zonasi jarak dan yang menentukan masuk tidaknya adalah jarak. "Jarak ini yang menentukan google map dan yang mengklik adalah pendaftar," ujarnya. Lina menambahkan, warga yang marah dan memblokir jalan adalah mantan RW. Itu dilakukan karena marah lantaran diminta tolong oleh 9 siswa namun, tidak masuk. Mereka tidak diterima karena di zonasi jarak tidak masuk lantaran rumah jauh. Termasuk melalui jalur prestasi akademik juga tidak masuk karena NEM-nya kecil. Menurutnya, Wahab ini merupakan tokoh masyarakat dan sesepuhnya, serta tiap hari ia bertemu dan selalu tegur sapa. Namun, bila masalah sekolah ia tidak bisa semena-mena dan mengiyakan keinginannya. "Pimpinan saya sudah mengakomodir dan menerima kalau mereka protes dan datang ke sekolah," tambahnya. Lina yakin bila Wahab sangat ingin membantu warga dan beliau kalap. Untuk kekosongan saat penerimaan PPDB, ada pendaftaran online pengisian kekosongan. Di SMPN 13 ada 30 kursi yang kosong dan telah dibuka pendaftaran 12 Luli dan pengumumannya 13 Juli dan itu berdasarkan NEM. Ketika yang minta tolong tersebut berdasarkan NEM juga tidak masuk, maka diisi orang lain yang NEM-nya lebih besar. Di SMP 13 ada 925 siswa dan semua berhak sekolah namun sesuai prosedur. "9 orang ini jarak rumahnya jauh dari sekolah. Sedangkan 85 siswa yang diterima melalui zonasi jarak paling dekat 0,02 kilometer dan terjauh 0,77 kilometer," tuturnya. Lina menuturkan, ia melakukan pekerjaan secara juknis dan intinya ia menjalankan tugas sesuai tupoksinya, serta ini bagian dari risiko pekerjaan. "Saya kemarin juga mengawal dua siswa yang seharusnya masuk melalui jalur prestasi tapi, masuk jalur NEM. Dia punya prestasi olahraga nasional dan akhirnya bisa diterima di SMP 13," tuturnya. Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel Taryono mengatakan, siswa yang diakomodasi sudah sesuai peraturan dan ketentuan ada. Bila ada siswa yang tidak diterima, pasti ada masyarakat yang tidak merasa puas. "Saya mohon maaf kepada masyarakat yang anaknya tidak diterima," ujarnya. Taryono menambahkan, bila memang ada oknum guru atau dinas yang melanggar aturan silakan melaporkan ke pihak berwajib. "Silakan lapor ke polisi kalau ada pihak sekolah atau dinas yang bermain dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB)," tambahnya. (bud)

Sumber: