Sembuhkan Trauma Anak Korban Tsunami
TANGERANG – Di balik aktivitas relawan yang membantu penanganan pengungsi tsunami di Pandegelang, namun bantuan memulihkan psikologis pengungsi terutama anak-anak hal yang cukup sering terlupakan. Resimen Mahasiswa (Menwa) terlihat mengajak anak-anak bermain. Mereka sepertinya sejenak melupakan duka yang dirasakan pasca bencana tsunami. Anggota Resimen Mahasiswa juga tengah asik mengajak anak mewarnai dan membacakan dongeng di depan anak-anak. Raden Umar, Komandan Menwa (Danmen) menuturkan, aktivitas bermain bersama anak-anak pengungsi untuk membantu mengurangi rasa trauma yang dialami saat mereka merasakan tsunami menjadi salah satu agenda rutin. Anggota Menwa yang kuliahnya mengambil jurusan psikologi dilibatkan langsung untuk memulihkan psikologi anak. "Kegiatan mengajak bermain anak-anak ini setidaknya bisa mengurangi rasa traumanya. Anak-anak ini logikanya belum jalan, hanya merasa-rasa, jika rasa dikembalikan kepada senang, happy, sehingga anak-anak ini lupa dengan kejadian saat tsunami," ujar Umar, saat ditemui di Markas Komando (Mako) Unis Tangerang, Sabtu (5/1). Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun mendapatkan perlakuan sama. Namun, anngota Menwa yang berasal dari kalangan mahasiswa psikolog langsung mendekati para pengungsi dengan melakukan Psychology First Aid. "Kami datangi mereka, kami bangun hubungan sehingga mereka mau cerita dan mengetahui kesulitan apa yang dihadapi, kami bisa bantu apa. Jika butuh kebutuhan psikologis bisa langsung kami hibur," ungkap Umar. Hak tersebut dikatakan sangat efektif pada tahap pertama, karena mereka butuh tempat untuk berbicara menyalurkan seluruh emosinya. Selama berada di tempat penampungan para pengungsi korban tsunami Pandegelang membutuhkan pelukan, bahwa mereka di sini sudah aman dan selamat. Umar melanjutkan, bagaimana pun keadaannya, sebagai kebutuhan dasar manusia berada di tengah keluarga masing-masing. "Bagaimana merasa nyaman berada di tempat yang menenangkan, yaitu berada di samping keluarganya," tuturnya. Para anggota Menwa ini memberikan pendekatan untuk berbicara kepada pengungsi apa yang dibutuhkan. Jika memang mereka tidak memiliki dana untuk pergi ke rumah keluarganya, diusahakan mencarikan dana untuk tersebut. Menurutnya, semakin lama mereka berada di tenda pengungsian, semakin tertekan perasaannya. Lebih lanjut Umar memaparkan, selain memberikan bantuan psikologi, anggota Menwa juga membawa logistik untuk keperluan pengungsi korban tsunami, seperti beras, air mineral, selimut serta perlengkapan sekolah. (mas)
Sumber: