Anomali Perkembangan Ekonomi di Banten, Investasi Meroket Pengangguran Tinggi
Kepala KPw BI Banten, Ameriza M Moesa dan jajarannya menyampaikan perkembangan ekonomi terkini dalam acara Taklimat Media di Cafe 1994, Kota Serang, belum lama ini. (SYIROJUL UMAM/TANGERANG EKSPRES)--
TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Bank Indonesia menyoroti terkait dengan anomali dalam perkembangan ekonomi di Banten. Di mana tingginya investasi dan pertumbuhan ekonomi, nyatanya belum sepenuhnya mampu mengatasi tingginya angka pengangguran di tanah jawara.
Diketahui, hingga triwulan III, kinerja investasi secara kumulatif hingga September 2025, total realisasi investasi Banten mencapai Rp91,5 triliun atau 142 persen dari target RKPD, menempatkan Banten sebagai provinsi dengan realisasi investasi tertinggi keempat di Indonesia.
Sementara, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat, pada periode Agustus 2025 jumlah pengangguran di Banten mencapai 412,36 ribu orang, atau 6,69 persen dari total angkatan kerja.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Banten, Ameriza M Moesa mengatakan, selama ini pertumbuhan ekonomi di Banten masih didominasi oleh sektor industri manufaktur atau industri yang membutuhkan keahlian tinggi. Sehingga penyerapan tenaga kerja lokal masih rendah.
Maka dari itu, tantangan utama Banten saat ini adalah menumbuhkan sektor ekonomi yang bersifat inklusif. Bila terus berlanjut maka masalah pengangguran akan terus membayangi.
"Tantangan kita itu menumbuhkan sektor ekonomi yang bersifat inklusif. Selama kita tidak menumbuhkan sektor itu, maka masalah itu akan selalu ada," katanya, belum lama ini.
Ia menekankan Banten harus mulai memikirkan sumber pertumbuhan ekonomi dari sektor yang sifatnya lebih inklusif dan padat karya, yang akan lebih mudah menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal.
Beberapa sektor-sektor yang diusulkan sebagai sumber pertumbuhan inklusif meliputi, pertanian, perkebunan, pariwisata, hingga perikanan.
"Kalau industri Petrokimia, baja, besi itu membutuhkan high skill, itu banyaknya dari luar, paling asli Bantennya tidak banyak. Selama itu (sektor inklusif-red) belum berkembang, masih ada anomali itu," ungkapnya.
Tak hanya itu, Ameriza juga menyoroti disparitas tingkat pengangguran antar wilayah di Banten. Meskipun data rata-rata menunjukkan tingkat pengangguran sebesar 6,69 persen, namun jika dilihat per daerah, tingkat pengangguran di wilayah selatan lebih tinggi.
Hal ini juga menjadi pekerjaan besar pemerintah agar tingkat pengangguran di Banten dapat terus ditekan.
"Cuma kalau saya lihat pengangguran di Banten ini justru adanya paling banyak di selatan ya. Kalau data itu kan rata-rata, kalau dilihat daerahnya itu kalau di Tangerang pasti kecil," tuturnya.
Ia berharap ke depan akan lebih banyak investasi yang masuk ke Banten selain industri pengolahan, agar dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja semakin positif.
"Saat ini pertanian juga menjadi salah satu sektor yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Banten, maka sektor ini juga sangat baik untuk menyerap tenaga kerja di Banten," jelasnya.
Sumber:

