Sekolah Ramah Anak, Bukan Sekadar Ucapan
RAMAH ANAK: SMPN 1 Legok menerapkan sekolah ramah anak agar siswa nyaman dan aman saat berada di sekolah.(Randy/Tangerang Ekspres)--
TANGERANGEKSPRES.ID, TANGERANG — Sekolah ramah anak menjadi fokus sekolah. Ini agar siswa tetap nyaman dan senang saat mereka mengikuti kegiatan belajar di sekolah.
Sekolah ramah anak wajib ada. Ini untuk menepis ketakutan siswa jika bersekolah adalah hal yang mengerikan dan menakutkan. Saat ini sekolah yang ada terus berupaya untuk bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa. Membuat siswa merasa nyaman dan aman dalah hal yang penting dilakukan sebagai bentuk kepedulian kepada siswa. Dengan sekolah yang nyaman dan aman, siswa bisa terus bertumbuh dan semangat dalam mengikuti aktivitas belajar.
Kepala SMPN 1 Legok Nuraenun mengatakan, sekolahnya sudah menerapkan sekolah ramah anak. Penerapan ini mengacu kepada kurikulum merdeka yang saat ini digunakan dalam menciptakan sekolah yang membuat nyaman siswa.
”Penerapan sekolah ramah anak bukan hanya ucapan semata. Artinya harus di jalankan bagaimana kita memberikan pendidikan, yang membuat siswa senang dan juga siswa tidak tertekan saat diberikan pendidikan. Sejauh ini, minat anak yang ingin masuk ke SMPN 1 Legok sangat banyak. Ini karena kita memberikan pendidikan yang berkualitas dan membuat siswa senang,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Selasa (4/11).
Nuraenun menambahkan, para guru juga mengajar sudah sesuai dengan kurikulum. Selain itu, para guru juga mempunyai kualitas dan juga kreativitas dalam memberikan pendidikan kepada siswa. Bahkan, banyak siswa senang dengan cara guru mengajar.
”Alhamdulillah, guru yang mengajar di sini banyak di senangi siswa. Mereka dekat dan cara memberikan materi siswa bisa menerima. Bahkan, para guru menjadi sahabat para siswa sehingga tujuan sekolah ramah anak mencapai tujuan,” paparnya.
Ia menjelaskan, ketika siswa ada permasalahan, pihak guru tidak langsung melakukan tindakan, melainkan diajak bicara untuk mendalami kenapa siswa tersebut bermasalah. Sehingga tahu bagaimana menanganinya.
”Kita harus bisa menjadi bagian dari siswa dan kita tidak boleh membedakan. Sehingga siswa merasa nyaman dan aman ketika mereka di sekolah. Yang terpenting, siswa bisa terbuka dengan apa yang mereka rasakan,” tutupnya.(ran)
Sumber:

