Bahan Baku MBG Wajib dari Lokal, Rp10 Triliun Bisa Masuk Banten

Minggu 24-08-2025,23:27 WIB
Reporter : Agung Gumelar
Editor : Rudi Susanto

TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkapkan, aliran uang program Makan Bergizi Gratis (MBG) ke Provinsi Banten bisa mencapai Rp10 triliun.

Hal itu dikarenakan, pembelian bahan baku untuk MBG ini pasokannya bakal berasal dari komoditas pertanian lokal daerah. Ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar meningkatkan perekonomian masyarakat.

"Potensi sumberdaya lokalnya harus dimanfaatkan. Pasokan bahan baku untuk MBG ini harus dari warga lokal, dan pak Gubernur Banten Andra Soni harus bisa memanfaatkannya. Dengan begitu, saya kira perputaran uang yang masuk ke Banten ini bisa di atas Rp10 triliun," katanya kepada wartawan, usai meresmikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) alias dapur MBG, di Ponpes Bai Mahdi Sholeh Mamun, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Jumat (22/8).

Peresmian dapur MBG ini, didampingi Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto, dan turut hadir Gubernur Banten Andra Soni dan Bupati Serang Ratu Rachmatuzakiyah, serta kepala daerah lain hingga jajaran Forkompinda Banten.

Dadan mengatakan, anggaran yang digelontorkan untuk satu dapur MBG ini sebesar Rp10 miliar dalam satu tahun, dengan mempekerjakan 50 dan 15 supplier untuk kebutuhan beras, ikan, telur, daging, dan lainnya.

Dari anggaran Rp10 miliar ini, 85 persennya untuk dialokasikan pada pembelian bahan baku, dan 95 persen bahan baku yang dibutuhkan berasal dari komoditas pertanian lokal.

"Dengan begitu, sumberdaya lokal dapat terus dimanfaatkan dengan baik, untuk membangkitkan ekonomi Banten karena pasokannya betul-betul dipasok dari warga setempat. Sehingga, diharapkan generasi muda dapat kembali ke desa, karena tanah-tanah yang nganggur bisa diberdayakan karena setiap hari kebutuhannya cukup besar," ujarnya.

Dikatakan Dadan, di dapur MBG setiap harinya akan memproduksi sebanyak 3.000 hingga 3.500 porsi makanan, untuk pelajar dan masyarakat yang kekurangan gizinya agar terpenuhi.

Banyaknya produksi porsi makanan setiap harinya, tentunya membutuhkan bahan baku yang sangat banyak dan peluang tersebut harus mampu dimanfaatkan, agar perputaran ekonomi bisa berdampak langsung kepada masyarakat.

"Kami berharap, berdirinya dapur MBG ini bisa memanfaatkan potensi sumber daya lokal bisa diakomodir, ini investasi terbesar terhadap SDM di masa depan dan bisa membangkitkan ekonomi wilayah. Karena, ketahanan pangan berasal dari level terbawah, dan akan berkontribusi terhadap nasional, saling menguntungkan satu sama lain," ucapnya.

Kata Dadan, di Provinsi Banten khususnya wilayah Kabupaten Serang sudah berdiri 17 SPPG atau dapur MBG, yang diakuinya murni hasil kemitraan dan bukan dari APBN. Sedangkan, untuk se Indonesia berdasarkan data yang telah tercatatnya sudah ada 6.153 SPPG atau dapur MBG yang sudah operasional, dan ada 19 ribu yang sedang diverifikasi.

"Semuanya ini, murni merupakan kontribusi dari masyarakat dan masih ada 5.000 yang harus kita verifikasi. Dengan begitu, ini mempermudah kerja Badan Gizi Nasional untuk menyukseskan program MBG," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Desa dan PDT Yandri Susanto mengatakan, dapur MBG di kediamannya ini sudah dua hari lalu beroperasi, dengan menyiapkan 3.500 porsi per hari yang disuplai ke para pelajar dan anak kurang gizi.

Sedangkan, untuk bahan bakunya itu berasal dari dirinya pribadi dengan membangun pusat perikanan di bagian belakang. Kemudian 20 ribu ayam petelur di Desa Sindang Laya, sayuran di atasnya seluas dua hektare ditanam.

"Saya yang menyiapkan semua bahan bakunya, dengan mempekerjakan masyarakat Kabupaten Serang, untuk menyerap tenaga kerja dan uang yang besar akan dikelola dari Banten oleh Banten dan untuk Banten. Sebagai menteri, sejak awal saya sudah punya komitmen dengan Kepala BGN, bukan hanya di Banten tapi di beberapa tempat untuk menyukseskan program ini," katanya.

Tags :
Kategori :

Terkait