Defisit Anggaran di Bawah 2 Persen, Menkeu Yakin Penerimaan Negara Capai Rp1.936 Triliun

Defisit Anggaran di Bawah 2 Persen, Menkeu Yakin Penerimaan Negara Capai Rp1.936 Triliun

Nusa Dua -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisitAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 hingga 30 November 2018 baru mencapai Rp287,9 triliun atau sekitar 1,95 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Posisi defisit anggaran ini masih lebih rendah dari asumsi awal APBN 2018 sebesar 2,19 persen dari PDB. Begitu pula dengan asumsi pertengahan tahun kementerian yang berubah menjadi 2,12 persen dari PDB. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit anggaran masih terjaga di bawah asumsi karena pemerintah berhasil memaksimalkan keran penerimaan negara, baik dari pajak maupun penerimaan lainnya. Hingga 30 November 2018, total penerimaan negara mencapai Rp1.654,5 triliun atau 87,3 persen dari target Rp1.894,7 triliun. Sementara belanja negara sebesar Rp1.942,4 triliun atau sekitar 87,5 persen dari target Rp2.220,7 triliun. Ia bilang, hal ini tak lepas dari pengaruh kondisi ekonomi global sepanjang tahun ini, seperti kenaikan harga minyak mentah dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah. "Defisit lebih baik karena penerimaan cukup kuat. Proyeksi kami, defisit akhir tahun kemungkinan di bawah angka saat ini, mungkin sekitar 1,86-1,87 persen dari PDB," ujar Ani, begitu ia akrab disapa, di Nusa Dua, Bali, Kamis (6/12). Bersamaan dengan defisit anggaran yang lebih rendah dari asumsi, keseimbangan primer juga mencatatkan defisit yang rendah dari asumsi awal APBN 2018. Keseimbangan primer sebesar Rp36,8 triliun per akhir bulan lalu. Sementara asumsi awal mencapai Rp87,3 triliun. "Outlook kami, keseimbangan primer hanya sekitar Rp15 triliun. Ini merupakan angka keseimbangan primer yang jauh lebih rendah dibandingkan lima tahun terakhir," katanya. Sementara untuk tahun depan, defisit anggaran dibidik di angka 1,84 persen dari PDB dan defisit keseimbangan primer sebesar Rp21,3 triliun. Penerimaan Negara Terkait penerimaan negara, Sri Mulyani yakim penerimaan negara di tahun ini akan melebihi target yang direncanakan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ia meramal, penerimaan negara hingga akhir tahun bisa mencapai Rp1.936 triliun atau lebih tinggi 2,21 persen dibanding target APBN 2018 yang hanya Rp1.894 triliun. Ani mengatakan keyakinannya didasarkan pada perbaikan penerimaan di sejumlah lini. Perkiraannya, beberapa penerimaan negara tahun ini akan mengalami kenaikan. Salah satu kenaikan akan terjadi pada penerimaan pajak. Ani memproyeksikan penerimaan pajak tahun ini akan tumbuh 14,7 persen. Perbaikan penerimaan juga akan dihasilkan dari pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diharapkan bisa naik 28,4 persen hingga akhir tahun. Secara keseluruhan, penerimaan negara akan naik 18,2 persen dibandingkan tahun kemarin. "Dan ini pertama kalinya penerimaan negara akan mencapai melebihi apa yang ada di dalam Undang-Undang (UU) APBN," jelas Sri. Di sisi belanja, Ani memprediksi hingga akhir tahun ini akan mencapai Rp2.210 triliun. Dengan kata lain, pertumbuhan belanja diperkirakan naik 11 persen dibanding tahun sebelumnya. Dibandingkan pertumbuhan belanja tahun lalu sebesar 6,9 persen, ia mengklaim penyerapan belanja tahun ini lebih baik. "Penerimaan belanja yang tumbuh 18,2 persen ini pun juga lebih baik dibanding tahun lalu yang hanya tumbuh 6,6 persen. Jadi dari sisi penerimaan dan pengeluaran, pertumbuhannya cukup baik," jelas dia. Pertumbuhan penerimaan yang lebih tinggi ketimbang pertumbuhan belanja tersebut akan menyebabkan keseimbangan primer membaik. Ani meramalkan keseimbangan primer hingga akhir tahun akan minus Rp15 triliun atau lebih rendah dibanding APBN 2018 Rp87 triliun. Adapun, keseimbangan primer adalah hasil penerimaan negara dikurangi belanja, namun di luar pembayaran bunga utang. Keseimbangan primer yang membaik tentu diiringi dengan perbaikan defisit APBN. Jika di dalam APBN 2018 pemerintah menargetkan defisit APBN sebesar 2,19 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), maka akhir tahun nanti defisit APBN bisa mencapai 1,84 persen dari PDB. "Perbaikan APBN ini yang bagus sebagai modal kami menghadapi ketidakpastian 2019. Apakah itu berasal dari kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China, kemudian kelesuan atau pelemahan ekonomi dunia. Ini yang akan kami terus waspadai," pungkas dia.(cnn)

Sumber: