Reuni 212 Usung Pesan Damai, Tegaskan Tak Ada Agenda Politik
JAKARTA-Ratusan ribu umat menghadiri aksi damai Reuni 212 yang berlangsung di Monumen Nasional (Monas) kemarin (2/12). Lantunan takbir tak henti menggema, mengirim pesan persatuan dalam lingkar damai untuk negeri. Ya, berbekal semangat, jutaan mujahid-mujahidah 212 dengan tertib menuju panggung utama. Mereka tak menghiraukan teriknya matahari, dan kawat berduri yang mengelilingi jalur pintu Monas, menuju Taman Aspirasi untuk mengikuti rangaian hingga berakhir. Ketua Media Center Reuni 212 Novel Bamukmin memberikan apresiasi terhadap semua pihak khususnya aparat kepolisian dan TNI yang sejak awal, memberikan perhatian penuh. ”Sudah selesai. Reuni 212 berjalan baik. Pesan damai dari jutaan massa yang datang hari ini, menggema ke penjuru negeri,” ujarnya Novel, Minggu (2/12). Semangat umat Islam yang tergambar dari momentum Reuni 212, menjadi sinyal besarnya harapan terhadap hadirnya kebersamaan, kedamaian dan persatuan. ”Semangat toleransi beragama tergambar hari ini. Anda bisa lihat saja, berjalan tertib. Perwakilan gereja, Hindu maupun Budha ikut hadir. Ini bentuk keberagaman, toleransi umat untuk menjaga Pilpres 2019 yang penuh dengan kedamaian,” katanya. Novel berkali-kali menegaskan tidak ada agenda politik dalam aksi ini. ”Semua mengikuti aturan, tak ada yang tercederai, tak ada yang terluka,” timpalnya. Sementara itu Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menghadiri acara itu, menyampaikan pidatonya. Pidato tersebut juga disambungkan ke pengeras suara yang ada di depan pintu masuk IRTI. Prabowo menyampaikan bahwa kini ia telah mendapat tugas dan amanat sebagai calon presiden Republik Indonesia. Oleh karena itu ia harus patuh dan mengikuti peraturan untuk tidak kampanye dalam aksi tersebut. ”Saya sekarang telah mendapat tugas dan amanat sebagai calon Presiden Republik Indonesia dan karena itu saya harus patuh dan mengikuti semua ketentuan saya tidak boleh bicara politik dan tidak boleh kampanye,” kata Prabowo. Ia pun juga mengucapkan terima kasih kepada panitia aksi Reuni 212 yang telah mengundangnya hadir. ”Saya datang dari Kebayoran, jalan dengan tertib menggendong anaknya. Tertib, damai, saya bangga sebagai anak Indonesia dan saya bangga sebagai muslim di Indonesia,” kata Prabowo. Ia juga mengungkapkan kebanggaannya menjadi bagian dari Islam yang mempersatukan dan menjaga kedamaian. ”Hari ini kita dihadiri oleh kawan agama lain suku agama lain. Kita bangga dengan Islam yang mempersatukan dan menjaga kedamaian seluruhnya. Saya bangga melihat saudara-saudara sekalian,” imbuhnya. Di akhir pidatonya dengan tiga kali ucapan takbir dan tiga kali ucapan merdeka. ”Takbir, Takbir, Takbir. Merdeka, Merdeka, Merdeka!” pekik Prabowo yang disambut massa aksi dengan teriakan takbir dan merdeka. Sementara itu Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra Andre Rosiade menegaskan, Reuni 212 merupakan silaturahmi dari aksi dua tahun sebelumnya. ”Ini silahturahmi. Ruang umat berekspresi dan terakumulasi di sini. Semua berjalan damai, dan saya rasa tak ada ketakutan,” timpalnya. Etika Hiya selaku tokoh Gereja Orahua Niha Keriso Protestan mengatakan tema persaudaraan yang bersifat universal mendorong seluruh umat untuk hadir dalam Reuni 212. ”Dan tema tentang persaudaraan, kemanusiaan, dan keumatan ini tidak hanya berlaku bagi saudara kami yang Muslim. Ini wujud persaudaraan, universal, berbicara dalam satu bangsa,” singkatnya. Di kesempatan yang sama, perwakilan Hindu, Rajit Singh menyebut acara Reuni Alumni 212 merupakan gerakan damai dan tidak memandang suku dan etnis. Oleh karena itu, ia ingin persaudaraan antar agama selalu terjaga di Indonesia. ”Gerakan damai tidak memandang suku dan etnis ini menjadi kekuatan dari Reuni 212. Ya kami terpanggil. Di sini kita dapat menyaksikan perbedaan sesuai kebhinnekaan tunggal dan pancasila. Semoga 212 membawa kedamaian," papar Rajit. Terpisah pengamat politik dan hukum Yusdianto Alam mengatakan, apa pun bentuknya Reuni 212 telah melahirkan pesan-pesan penting di tengah hiruk-pikuk menjelang pesta demokrasi. ”Saya sudah mendengar pidatonya (Prabowo, red) tadi. Dari sini kita juga sudah menilai, ia mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai sosok yang mentaati aturan sebagai capres. Pidatonya datar, tapi penuh makna. Ini menyiratkan pesan tentang pentingnya sebuah kemerdekaan sebuah bangsa dalam bingkai demokrasi,” pungkas dosen Ilmu Tata Negara, Universitas Lampung itu. (lut/fin/ful)
Sumber: