Banjir Rendam Periuk, 4.352 warga Mengungsi
TANGERANG-Hujan deras selalu menjadi momok warga yang tinggal di kawasan Perumahan Total Persada, Kelurahan Gembor, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang. Banjir akan tiba. Itulah yang ada di benak mereka saat turun hujan deras. Begitu banjir menenggelamkan rumah mereka, warga harus tinggal di pengungsian. Saat itulah, penderitaan dimulai. Kondisi ini sudah berlangsung 20 tahun lamannya. Bahkan saat banjir parah, mereka harus tinggal di pengungsian berminggu-minggu. Janji pemerintah yang akan membereskan masalah ini, tak kunjung terealisasi. Sebanyak 4.352 jiwa warga Kelurahan Gembor, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang diungsikan kemarin. Banjir musiman kembali menerjang rumah-rumah mereka sejak Minggu (7/5) malam. Air yang merendam 985 rumah warga di sana hampir separonya mencapai atap rumah atau ketinggian 2 meter. Walikota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan banjir disebabkan pendangkalan di aliran Sungai Cirarab yang masuk wilayah Kabupaten Tangerang. Arief mengaku Pemkot Tangerang telah menelusuri aliran Sungai Cirarab dan mencari penyebabnya. Ternyata menurut dia, permasalahan berawal di daerah Kutabumi yang masuk ke wilayah Kabupaten Tangerang. “Sepanjang sungai yang berada di wilayah tersebut banyak terdapat pendangkalan bawah jembatan. Banyak tanaman eceng gondok dan penyempitan sehingga air tidak tertampung lagi dan larinya ke Kota Tangerang,” kata Arief usai memantau lokasi banjir di kawasan Total Persada, Senin (8/5). Ia berjanji akan berkoodinasi dengan Balai Besar Ciliwung Cisadane untuk melanjutkan normalisasi Kali Cirarab, dari jembatan Kutabumi sampai Sarakan. Untuk menangani banjir di wilayah barat, pihaknya saat ini sedang membangun pintu air di ujung Kali Ledug. “Mudah-mudahan ke depan banjir bisa ditangani, karena kalau kita lihat Taman Elang dan Periuk Damai kan aman karena sudah mulai tertangani,” jelas Arief. Ia menyampaikan saat ini Pemkot Tangerang fokus mempercepat mengurangi debit air yang meluap dengan menambah pompa air yang ada. Dari delapan pompa, kini telah ditambah 3 mesin lagi. “Untuk menjaga kesehatan, saya harap warga korban banjir segera memanfaatkan keberadaan puskesmas yang dekat lokasi pengungsian. Tetap menjaga pola hidup bersih dan jauhi air banjir yang berpotensi banyak kuman,” tuturnya. Pantauan Tangerang Ekspres, warga sudah terbiasa menghadapi situasi banjir. Kondisi rumah dan harta benda yang sudah ditata di lantai dua menunjukkan kesiapan mereka akan datangnya banjir. Kebersamaan mereka di pengungsian pun sudah menjadi pemandangan yang biasa. Marsinah (52) mengaku tak ada rasa trauma atas musibah yang terus melanda dia dan keluarganya. Ia juga tak berpikiran untuk pindah dari pemukiman tersebut. “Kalau beli rumah lagi mahal, cicilan lagi aja, beban lagi aja. Mau jual rumah di sini juga siapa yang mau beli. Susah cari pembeli rumah di sini. Jadi sudah lah di sini aja, dinikmati aja. Semoga aja walikota cepat membereskan,” kata Marsinah usai dievakuasi di perahu BPBD. Marsinah dan hampir semua warga berharap penderitaan ini segera usai. Lantaran, rumahnya selalu menjadi langganan banjir tiap tahun. Dan ini, sudah berlangsung puluhan tahun. Ia mengaku kecintaannya terhadap lingkungan Total Persada membuat dirinya susah meninggalkan rumahnya. Hingga kini, ia tetap sabar melewati penderitaan setiap musibah banjir yang bisa datang dua kali dalam setahun. "Sampai kapan begini terus," keluhnya. BPBD Kota Tangerang mengerahkan tim evakuasi di akses jalan antara Kecamatan Periuk dengan Pasar Kemis. Sejumlah truk disiagakan untuk mengangkut warga yang ingin beraktivitas. “Ada empat truk yang disiagakan untuk mobilitas warga. Genangan air setinggi 80 sentimeter memang membuat Jalan Raya Regency tak bisa dilalui pengendara,” jelas Komaludin, Kepala UPT BPBD Kota Tangerang. Ia memperkirakan penanganan banjir bisa berlangsung tiga hari ke depan. Sementara itu, terkait cuaca buruk diperkirakan akan tetap berlangsung hingga satu bulan ke depan. (bun/bha)
Sumber: