10 Hektare Sawah di Kebon Kelapa Kering
RAJEG – Dampak musim kemarau mulai terasa di Kampung Kebon Kelapa RT 15/05, Desa Tanjakan, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. Sekitar 10 hektare sawah terdampak kekeringan, bahkan beberapa di antaranya mengalami puso. Akibatnya, sebagian petani mengandalkan saluran pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga untuk menyuplai air ke lahan persawahan. Salim, seorang petani mengatakan, petani terpaksa memanfaatkan SPAL dari pemukiman warga untuk meyuplai air ke lahan persawahan seluas 4.000 meter persegi miliknya. “Saya terpaksa memanfaatkan air limbah rumah tangga agar bisa menyupali air ke sawah. Saya tidak bisa panen lagi sejak Mei lalu, sebab saluran tersier Sungai Cisadane mengering” kata Salim, kepada Tangerang Ekspres, Minggu (23/9). Pengalamannya, petani mengalami kekeringan saat ini, merupakan kondisi terparah selama dia menjadi petani sejak 1970-an. Pasalnya, kekeringan sejak Mei 2018 lalu. “Kami sudah berkoordinasi dengan petugas ulu-ulu (pengatur air-red), tetapi dia tidak bisa berbuat banyak untuk membantu karena kondisi sungainya kekeringan,” ujarnya. Ramsin, senada dengan Salim mengatakan, bila seluas 10 hektare lahan persawahan mengalami kekeringan, maka pemilik lahan tersebut bisa mengalami kerugian mencapai puluhan juta rupiah. Sebab, pemilik lahan bisa mengeluarkan uang operasional antara Rp3 juta sampai Rp5 juta untuk sawah per hertare. Selain pemilik lahan merugi, lanjutnya, dampak akan dirasakan oleh para petani yang menerima upah dari hasil bekerja. Sekarang, kalau kondisi persawahan kekeringan seperti ini, maka dia tidak bisa bekerja seperti biasa. Ia menyebutkan, beberapa faktor penyebab lahan persawahan kekeringan, yaitu akibat saluran air Sungai Cisadane kering, pendangkalan saluran air dan kemarau yang berkepanjangan. Menurutnya, kalaupun debit saluran air tersier Sungai Cisadane kurang, tetapi kalau ada hujan petani akan sedikit terbantu. “Sekarang, petani banyak yang tidak bekerja seperti biasa. Tetapi, ada petani yang memanfaatkan saluran air dari pemukiman warga, namun air limbah rumah tangga itu tidak bisa memenuhi kebutuhan air persawahan yang lebih luas,” ujarnya. (mg-2/mas)
Sumber: