Dampak Asap, Warga Sesak Nafas
PASAR KEMIS- Pencemaran udara akibat asap pembakaran limbah timah di Desa Sukamantri, Kecamatan Pasar Kemis, sudah sangat kronis. Berdasarkan hasil pemeriksaan Tim Puskesmas Keliling (Puskeling) dari Puskesmas Pasar Kemis, banyak warga menderita batuk dan sesak nafas. Tim Puskeling ini melakukan pemeriksaan kepada warga Perumahan Cluster Sukamantri Residence di Desa Sukamantri,Kecamatan Pasar Kemis, Sabtu (22/4). Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan setelah pihak Puskesmas menerima laporan adanya sejumlah warga yang menderita sesak nafas, yang diduga akibat asap pembakaran limbah timah di Desa Sukamantri. Kehadiran tim Puskeling ini disambut antusias warga. Selain warga yang menderita batuk dan sesak nafas, banyak juga warga yang sehat mendatangi lokasi pemeriksaan hanya untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Kepala Puskesmas Pasar Kemis, dr. Salwa mengatakan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Pasar Kemis, merupakan wujud kepedulian dan memberi motivasi kepada masyarakat Perumahan Cluster Sukamantri Residence tentang pentingnya kesehatan. Apalagi sejumlah warga di perumahan ini, dan umumnya Desa Sukamantri, mengeluh batuk dan sesak nafas akibat asap pembakaran limbah timah. Menurut dr Salwa, penyebab dari batuk dan sesak warga bukan hanya disebabkan oleh infeksi virus namun bisa juga dari udara yang tercemar. " Ini bisa saja salah satu faktor penyebabnya. Urusan polusi asap itu kita kembalikan kepada dinas terkait. Kami hanya berusaha mengobati dampak dari salah satu penyebab. Salah satunya akibat udara yang tercemar atau asap," Katanya seraya mengkhawatir jika penyebabnya tidak cepat diatasi akan berdampak semakin luas. Pengurus RW 19 Perumahan Cluster Sukamantri Residence, Mohammad Teten Ashari mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah merespon keluhan warga.Dia berharap, masalah polusi asap bisa secepatnya teratasi. " Kami berharap semoga masalah polusi asap ini secepatnya bisa teratasi," kata Teten Ashari yang menyayangkan masih melihat adanya aktivitas pembakaran limbah timah itu di sejumlah lapak di sekitar Desa Sukamantri. Padahal, katanya, sudah ada penegasan dari Kecamatan Pasar Kemis dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang untuk eneutup sementara aktivitas pembakaran limbah timah oleh lapak-lapak yang ada di desa tersebut. Kepala Desa Sukamantri H Nana Ibnu Kholdun menegaskan, dalam menyikapi masalah ini, pihaknya membutuhkan kerjasama dengan semua pihak. Terutama dari Dinas Kesehatan dan DLKH Kabupaten Tangerang. " Kasihan warga kami tersiksa akibat asap pembakaran limbah ini, " Kata Nana Ibnu Kholdun saat meninjau pengobatan oleh Puskesmas Pasar Kemis. Ketua Forum RW Desa Sukamantri Warsono juga mendesak agar pihak terkait menutup lapak-lapak tersebut. Dia menyatakan, pencemaran udara sudah sangat kronis dan mengganggu kesehatan warga. " Urusan asap sudah sangat mengganggu masyarakat. Ini merupakan pelanggaran hokum," Kata Warsono saat mendampingi pihak Puskesmas Pasar Kemis dan Kepala Desa Sukamantri di lokasi pengobatan. Seperti diberitakan, warga Desa Suka Asih dan Desa Sukamantri, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, mengeluhkan aktivitas sejumlah lapak timah. Asap hitam tebal hasil pembakaran limbah di lapak itu menyebar dan menyelimuti pemukiman dan membuat warga terganggu. Menurut warga, setiap hari, mulai dari siang bahkan hingga malam hari, lapak-lapak itu melakukan aktivitas pembakaran limbah. Alhasil, jika malam hari, kondisi di dua desa itu seperti berkabut. Padahal, warna hitam ke abu-abuan itu adalah asap pembakaran limbah. Ahmad Rojichi (40), warga Perumahan Cluster Sukamantri Residence, Desa Sukamantri, polusi asap itu berasal dari lapak limbah yang ada di sekitar kawasan industri Pasar Kemis, tepatnya di belakang PT. Masterina, Desa Suka Asih. Tidak hanya itu, warga Taman Buah dan Bumi Indah pun mengeluhkan asap lapak yang ada di sekitar tanah lapang, tidak jauh dari Perumahan Taman Buah, Desa Sukamantri. Menurutnya, warga Perumahan Cluster Sukamantri Residence sendiri sudah meminta pemilik lapak untuk menghentikan aktivitas, namun tidak ada tanggapan. Keluhan warga ini sudah mendapat respon dari pihak kecamatan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang. Kedua instansi ini telah mendatangi lapak yang membakar limbah timah, Rabu (19/4) lalu. Usai meninjau, pihak kecamatan dan DLHK sepakat untuk menutup sementara lapak-lapak itu sampai proses pemeriksaan laboratorium DLHK keluar. Namun sayang, sejumlah warga mengaku masih melihat aktivitas pembakaran limbah timah tersebut.(JKW)
Sumber: